Mohon tunggu...
Erenzh Pulalo
Erenzh Pulalo Mohon Tunggu... Guru - Akun Baru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mencoba Menulis

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Kerinduan Sahabatku yang Ingin Mudik

25 April 2022   15:57 Diperbarui: 25 April 2022   16:20 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Guru Lukman/Dokpri

Saya rindu sekali berbagi tulisan terkait mudik, namun bagi saya tidak terlalu paham arti mudik sebenarnya. Namun saya sedikit terharu akan kisah mudik yang sangat berarti bagi teman-teman Muslim yang sangat memaknai arti mudik tersebut.

Karena sepaham saya, mudik bisa diartikan secara umum sebagai berlibur atau pergi mengunjungi sanak saudara atau terlebih orang kekasih baik orangtua ataupun kekasih.

Saya kembali pada kisah terharu saya kepada teman seperjuangan saat mengabdi mengajar di pedalaman kabupaten Mappi Papua.

Ia, teman guru saya bernama Lukman asal Nusa Tenggara Barat yang sejak tahun 2019 untuk pertama kalinya tiba di Papua dan mengabdi mengajar di salah satu sekolah dasar di Mappi.

Sudah tahun 2022, kalimat sederhana yang saya masih ingat ia katakan "orang-orang pada mudik, saya kapan ya bisa ke kampung halaman melihat kedua orangtuaku dan pacarku.?" Hehehehe..

Dengan menetap di kampung yang jauh dari perkotaan, tidak ada signal dan juga listrik menjadi histori bagi kita beda keyakinan dimana saya tetap mendukung sahabat saya untuk tetap menjalankan ibadah puasanya tiap tahun.

Ia adalah orang yang soleh, mengapa saya katakan demikian, kendati saya tidak paham namun saya sering memerhatikannya yang begitu setia shalat baik pagi walaupun malam, bahkan puasa pun ia jalankan dengan setia, walaupun tidak ada warga di kampung yang Muslim, namun ia setia menjalankan kewajibannya sebagai salah satu umat Muslim yang soleh.

Hanya kerinduannya yang sejujurnya saya tidak tidak bisa mengabulkannya karena kami berat di ongkos.

Jarak Papua dan NTB bukan jarak yang dekat, ia sering mengatakan saya sebenarnya ingin sekali mudik namun apa daya kita nasip guru kontrak yang memiliki gaji tidak bisa seberapa, mungkin setahun kita nabung tanpa pengeluaran bisa mudik.

Saya sedikit sedih melihat keadaannya, memang kerinduan besarnya ingin mudik dan lebaran bersama orang-orang terkasih. Bisa makan bersama, buka puasa bersama bahkan terlebih ia ingin berbagi kisah pengalaman mengajar pertama kali di Papua bersama keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun