Baru sadar, di bulan September ini belum ada menulis di Kompasiana walau tiap hari pasti baca artikel-artikel Kompasiana. Hehe.
Judul tulisan ini terinspirasi dari obrolan dengan seorang teman baik. Dia bercerita dengan semangatnya, bagaimana ketika kecil dulu hidupnya penuh prestasi.
Di SD katanya sudah menang lomba membaca puisi sampai lomba pidato tingkat kabupaten. Kemudian menginjak SMP, tulisan puisi sudah dimuat di majalah anak-anak zaman itu. Dan dapat honorer yang dikirim pakai wesel. Wow. Prestasinya terus berlanjut dengan diterima di SMA terbaik di kotanya hingga kuliahpun, berhasil kuliah di salah satu kampus negeri terbaik di negeri ini.
Sayangnya nasib tak terlalu berpihak padanya ketika bekerja. Ketika sudah lelah melamar di perusahaan besar dan PNS, akhirnya dia nyangkut juga mendapat pekerjaan di perusahaan menengah saja. Bukan UMKM juga tapi jelas bukan perusahaan besar.
Disangkanya, Â tempat kerja ini bakal membawanya ke jenjang karir yang bagus suatu hari nanti. Atau kalau beruntung sebagai batu loncatan ke perusahaan lain lagi kelak di kemudian hari. Nyatanya, Â bertahun-tahun, dia tak juga pindah kerja dan ajaibnya dengan karir yang bisa dibilang mentok. Jadi staff selamanya.
Jangan  ditanya teman seangkatannya. Minimal sudah jadi manager.
Mengapa tiba-tiba kecerdasan dari kecil hingga kuliah tiba-tiba menguap di tempat kerja? Itu juga jadi   pertanyaan saya
**
Yang jelas dunia kerja sangat berbeda dengan dunia ketika sekolah atau kuliah dulu. di dunia pekerjaan, mungkin benar prestasi akademik dibutuhkan ketika awal melamar pekerjaan. Namun selanjutnya banyak keahlian (skill) yang dibutuhkan hingga seseorang mampu bertahan atau bahkan bisa mencapai karier yang bagus.
hard skill maupun soft skill sangat dibutuhkan di dunia pekerjaan.