Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tantangan Sejati Guru

27 September 2025   20:21 Diperbarui: 27 September 2025   20:21 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kompasiana.com

"Ganteng, cantik, sopan, rajin, berprestasi. Masya Allah, kesayangan para guru."


Begitulah bunyi salah satu komentar ketika ada informasi kejuaraan yang baru saja diraih murid di sekolah. Komentar itu sontak disambut hangat oleh guru-guru lain. Satu per satu menambahkan pujian, "Anak-anak kita memang luar biasa," "Bangga sekali jadi gurunya," "Semoga terus berprestasi dan menginspirasi teman-temannya."

Grup WhatsApp guru hari itu penuh dengan euforia dan kebanggaan. Rasanya semua sepakat, murid-murid yang ganteng, cantik, sopan, rajin, dan berprestasi memang menjadi mutiara yang membanggakan sekolah sekaligus orang tua.

Saya pun tentu ikut senang. Siapa yang tidak bahagia memiliki murid dengan karakter nyaris sempurna? Tetapi di balik rasa bangga itu, ada renungan kecil yang sering terlintas dalam benak saya, benarkah tantangan terbesar seorang guru ada pada murid seperti ini?

Siswa yang sudah terbiasa disiplin dan berprestasi itu ibarat "tanaman di tanah subur". Tinggal diberi pupuk dan disiram secukupnya, mereka akan tumbuh indah. Guru cukup memberikan arahan, mereka langsung paham. Diberi tugas, mereka mengerjakan dengan tuntas. Diberi nasihat, mereka menerima dengan anggukan patuh.

Sebagai guru, tentu ini menyenangkan. Suasana kelas lebih tenang, diskusi berjalan lancar, dan hasil belajar selalu membanggakan. Tetapi justru karena semuanya serba mudah, pengalaman ini jarang menguji kesabaran, ketabahan, atau kreativitas guru.

Mengajar anak berprestasi itu seperti berjalan di jalan tol, lurus, mulus, tanpa hambatan. Nyaman, tetapi tidak banyak kejutan.

Berbeda halnya ketika berhadapan dengan murid yang bermasalah. Saya yakin setiap guru pernah menemui tipe seperti ini: Sering melanggar tata tertib, entah datang terlambat atau seragamnya tidak lengkap; Malas belajar, lebih suka bercanda atau main gim; Sering membantah ketika dinasihati; Nilainya rendah, bahkan tampak tidak peduli dengan masa depan.

Saya masih ingat dengan satu murid laki-laki di kelas saya. Hampir setiap hari, tidur pada saat pembelajaran. Seragamnya sering kusut. Ketika saya menjelaskan, ia sibuk menggambar atau bercanda. Jika ditegur, ia menanggapi dengan wajah acuh, bahkan sesekali berkata, "Ah, Bu, mengerjakan tugas terus. Males, ah."

Bayangkan, setelah menyiapkan materi semalaman, lalu di kelas justru berhadapan dengan sikap seperti itu. Jujur saja, hati ini sering panas. Tetapi saya sadar, marah tidak akan membuat keadaan lebih baik. Maka saya coba pendekatan lain, mengajaknya ngobrol di luar kelas, mencari tahu hobinya, bahkan memberi tanggung jawab kecil agar ia merasa dipercaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun