Mohon tunggu...
Enik Rusmiati
Enik Rusmiati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Yang membedakan kita hari ini dengan satu tahun yang akan datang adalah buku-buku yang kita baca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Ada Anak yang Nakal Bila Orang Dewasa Menyapanya dengan Kasih Sayang

8 Juli 2019   12:28 Diperbarui: 8 Juli 2019   12:38 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kumparan.com

Palajaran berharga yang bisa kita ambil sebagai orang tua  dari peristiwa yang dialami siswa saya tadi, yaitu pola asuh yang salah dalam mendidik anak. Cara orang tua yang mendidik anak dengan otoriter, mengekang dan wajib mengikuti perintah orang tua, akan menumbuhkan  anak menjadi pendiam, dan pendendam. 

Karena pola asuh seperti ini anak kurang bisa mengekspresikan semua keinginannya, semua aktivitas siswa atas dasar perintah yang sudah diatur oleh orang tua.

Perasaan marah yang terpendam juga semakin menumpuk pada jiwa si anak, karena setiap harapan selalu di cut tanpa ada kompromi dengan anak. Kondisi ini bila dibiarkan berlarut-larut, akan muncul dendam yang berkepanjangan, akhirnya bila ada kesempatan akan di ekspresikan dalam bentuk amarah.

Nah, orang tua seharusnya lebih bisa memposisikan dirinya sebagai teman, yang bisa diajak berdiskusi dan berdiolog tentang semua keinginan bersama, baik orang tua maupun si anak. Menurut pakar anak Dr. Seto Mulyadi, S.Psi. N.Si. "Dalam mendidik anak, orang tua harus memosisikan sebagai diri mereka (anak) supaya apa yang disampaikan cepat dimengerti."

Menurutnya anak lebih cepat meniru apa yang dilihat dari lingkungannya termasuk orang tua, sehingga dalam mendidik harus dengan pendekatan, harus ada pemberdayaan keluaraga yang harmonis, sehingga membuat anak akan lebih bahagia. Dikutip dari Republika.co,id.

Pola asuh yang salah berikutnya adalah dengan membandingkan-bandingkan dengan anak lain, apa lagi dengan saudaranya. Setiap anak itu mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. Orang tua yang masih membandingkan anaknya dengan yang lain, berarti belum bisa melihat kelebihan yang dimiliki si anak.

Akibatnya, anak akan merasa minder karena merasa tidak mempunyai kelebihan. Keadaan ini menjadikan anak menjadi kurang percaya diri. Selain itu kreativitas anak pun akan terpasung, karena malu untuk melakukan, dan merasa takut bila tidak dihargai lagi.

Seharusnya dalam melihat kondisi anak, apapun keadaannya,  orang tua tetap memberi pujian dan penghargaan. Karena setiap anak pasti dibekali kecerdasan sendiri-sendiri. Pujian orang-orang dewasa di sekitarnya akan membangkitkan potensi yang masih terpendam pada diri anak. Begitu juga penghargaan yang diterima anak, akan membuatnya lebih percaya diri dalam mengekspolarasikan kemampuanya.

Pola asuh yang salah selanjutnya, dan ini biasanya tanpa kita sadari adalah seringnya membentak-bentak, berkata kasar, hardikan bahkan tindakan pemukulan fisik pada si anak. Keadaan ini selain akan menyakiti fisik anak juga akan membuat sakit hati yang berkepanjangan, bahkan bisa menimbulkan traumatis.

Masih menurut Seto Mulyadi, mendidik anak harus dengan kasih sayang. Ini karena jiwa anak itu masih labil dan mereka akan selalu mencontoh apa yang dilihatnya. Ajari anak beretika baik dengan penuh kasih sayang sejak dini.

Bila kita sebagai orang tua mampu menyapa anak-anak kita dengan kasih sayang, maka tidak akan lagi anak-anak yang nakal, arogan dan pemberontak. 

Semoga kita bisa menebar kasih sayang kepada siapapun. Amin.

Blitar, 8 Juli 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun