Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Anak 15 Tahun Berani Membunuh? Ini Analisisnya

7 Maret 2020   22:14 Diperbarui: 14 Maret 2020   10:01 5344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WARGA negara +62 kembali dibuat merinding sekaligus geleng-geleng kepala ketika mendapati berita seorang gadis baru berusia 15 tahun, tega melakukan pembunuhan kepada anak lain berusia 5 tahun. Yang lebih mengejutkan, saat ditanya penegak hukum, gadis ini mengaku 'puas'.

Dalam pemberitaan yang beredar dikatakan, gadis ini berani melakukan pembunuhan karena terinspirasi dengan adegan film. Apalagi, pelaku suka dengan hal-hal berbau horor atau mistis.

Lantas, bagaimana hal ini jika dikaji dari sisi ilmu teknologi pikiran? Izinkan saya mencoba melakukan analisa dari tiga hal besar.

1. Baterai Kasih Sayang

Penyebab pertama yang menjadikan anak memiliki perilaku tidak biasa adalah, kurang penuhnya baterai kasih sayang. Gadis pelaku pembunuhan ini, kita sebut saja namanya sebagai Melati, boleh jadi selama ini tidak mendapatkan pasokan kasih sayang secara utuh dari kedua orang tuanya. 

Ibarat handphone, anak juga harus rutin diisi baterai kasih sayangnya. Yang wajib mengisi baterai kasih sayang ini adalah kedua orang tuanya, ayah dan ibu. Keduanya harus rutin mengisi secara proporsional.

Ada lima cara mengisi baterai kasih sayang anak. Ini sesuai dengan teori Gary Chapman seperti yang sudah dituliskan dalam buku, 5 Love Language. Pertama, pujian. Memberikan pujian tulus pada setiap aktivitas yang berhasil dilakukan anak, adalah salah satu cara mengisi baterai kasih sayangnya. Jangan segan memuji anak, sisihkan waktu memuji anak setiap kali berhasil melakukan sesuatu.

Kedua, sentuhan. Anak membutuhkan sentuhan agar baterai kasih sayangnya selalu terisi. Memeluk, mengusap, menggendong, memangku dan sederet aktivitas yang berisi sentuhan, sangat dibutuhkan anak. 

Tak usah merasa risih jika buah hati tiba-tiba minta pangku, minta gendong atau minta bermain dengan kedua orang tuanya. Itulah saat tepat mengisi baterai kasihnya.

Ketiga, pelayanan. Memberikan pelayanan pada anak juga merupakan salah satu cara mengisi baterai kasih sayangnya. Saat anak minta disuapin, minta dipakaikan kaos kakinya, minta didampingi saat belajar dan bentuk pelayanan lainnya, sangat dibutuhkan anak untuk mengisi baterai kasih sayangnya. 

Saat memberikan pelayanan, lakukanlah dengan tulus dengan segenap perasaan. Percuma memberikan pelayanan sambil marah atau ngomel. Alih-alih mendapat pasokan kasih sayang, yang ada malah energi kasih sayangnya drop, terkuras habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun