Mahasiswa merupakan suatu bentuk terkecil dari pemuda, terlahir berperan penting menjadi pengagas ruang-ruang ilmiah. Gagasan dan konsep sebagai idealismenya tertuang pada nalar-nalar pikiran akademisi. Namun, tidak lagi demikian.
Kemunduran dan kejumudan telah tereduksi oleh pihak-pihak  yang memperbudaknya. Yaitu para elit kampus. Mahasiswa terkukung dengan nilai-nilai pragmatis yang ciptakan oleh sang penguasa ilmiah. Enggan, memberikan solusi melainkan memaksakan kehendaknya. Ini adalah suatu bentuk kemunduran berpikir diranah ilmiah.
Esensi sebagai mahasiswa mulai tergadaikan dengan tawaran IPK. Nyatanya, dunia globalisasi bukan saja membutuhkan nilai diatas kertas. Melainkan "soft skill and life skill" .Â
katanya mahasiswa sebagai agent of change and agent of social control
Gelar yang dipikul mulai terkikis memudar terus menghilang, dan telah bertransformasi menjadi "agents of hedonisme and agents of slave"Â
Ruang gerak mahasiswa dibatasi sehingga sulit untuk mengekspansi  yang seharusnya diperoleh untuknya. Ketika mahasiswa menyajikan sebuah tawaran solutif, inspiratif, dan konsumtif katanya doktrin organisasi telah meracuninya.Â
Didiklah rakyat dengan organisasi, didiklah penguasa dengan perlawanan
Kata-kata yang digaungkan oleh Pramoedya Ananta Toer merupakan konsekuensi logis semestinya harus dapat diterima. Oleh kelompok akademisi.
Seyogyanya kampus dilayakan dengan kelayakan intelektual dan spritual. Bukan menjadikan sebagai suatu wadah melacurkan mahasiswa diruang kuliah. Biarkan ketika mahasiswa mencapai ereksi dalam tindak tanduknya. Refleksikan sejarah perjuangan mahasiswa. Orde baru digulingkan karena campur tangan mahasiswa. Sistem primitive dihilangkan sehingga nalar jangan kempes.
Mahasiswa sebagai garda terdepan ketika negeri tercinta kita sedang tidak baik-baik saja. Kampus dan para elit akademik wajib memediasi demokrasi mahasiswa, jangan jadikan kampus sebagai penjara intelektual belaka.
Hidup Mahasiswa