Tiga abad sudah Nabi Adam dan Siti Hawa tidak bersua lagi selepas tragedi buah khuldi di Surga. Tragedi yang dilatarbelakangi oleh peristiwa Iblis yang enggan bersujud kepada Nabi Adam tersebut membuat Nabi Adam terdampar di Srilanka, sementara sang kekasih mendarat di Jeddah.
Ratusan tahun menunggu, Nabi Adam ingin sekali berjumpa dengan tulang rusuknya, demikian pula Siti Hawa tidak kuasa menahan romansa kerinduan berjumpa dengan belahan jantungnya. Hari demi hari merupakan waktu-waktu penantian yang cukup panjang dan melelahkan bagi keduanya.
Pada akhirnya cinta, kasih, dan perjuangan mempertemukan mereka pada sebuah bukit batu di dataran Arafah yg memupus sekat-sekat jarak yg terbentang luas. Sebuah bukit batu nan tandus di tengah hamparan pasir Arafah adalah saksi bisu bertemunya manusia pertama dengan pujaan hatinya. Kisah pertemuan tersebut merupakan peristiwa paling romantis dan melankolis dalam sejarah peradaban umat manusia. Pertemuan tersebut adalah lambang cinta dan kasih sayang, sehingga bukit batu itupun berjuluk Jabal Rahmah (bukit kasih sayang).
Pada hari ini sejumlah jama'ah Haji sedang berkumpul di Arafah ketika sebagian jama'ah lainnya di berbagai negara harus menahan kerinduannya pergi ke Kota Mekah di sebabkan wabah Covid-19 yang memaksa pemerintah Saudia Arabia mengeluarkan kebijakan untuk menyelenggarakan ibadah haji secara terbatas.
"Al-Hajju Arafah" (Haji adalah Arafah), demikian Sabda Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah. Arafah adalah tempat bagi jamaah untuk berserah, seraya memohon ampunan dan karunia yang berlimpah.
Mekah adalah kota yang menyimpan pesona dan kerinduan, sementara Padang Arafah adalah tempat untuk mengharap ampunan Ilahi yang tak bertepi. "Di antara berbagai jenis dosa", demikian Sabda Nabi, "Terdapat dosa yang tidak akan tertebus kecuali dengan melakukan wukuf di Arafah" (disanadkan oleh Ja'far bin Muhammad sampai kepada Rasulullah SAW).
Arafah adalah miniatur Alam Mahsyar, tempat seluruh manusia dibangkitkan dari alam kubur dan diperhitungkan seluruh amal perbuatannya di dunia. Arafah memberikan kesadaran bagi manusia, bahwa dirinya adalah sesosok mahluk kecil tak berdaya, berada di hamparan alam nan luas bersama ribuan manusia lainnya. Arafah adalah refleksi dan kontemplasi untuk mempersiapkan kehidupan abadi di akhirat.
Semoga suatu saat nanti Allah mendaratkan kaki kita disana. Merasakan hangat dan bersahajanya pasir Arafah dalam balutan kain Ihram yg indah, dengan hati yg pasrah dan jiwa yang berserah, berharap limpahan karunia tercurah dan diri kembali fitrah.