Melihat begitu ganasnya para team kampanye di kedua kubu capres, saya bertanya-tanya di dalam hati, apakah keadaan ini baik bagi negeri kita?
Lalu saya memulai dari diri sendiri. Sejauh ini memang, keributan kampanye gak berpengaruh terhadap keadaan saya. Tapi bagaimana dengan keadaan orang lain? Ingatan kemudian melayang ke beberapa status teman yang menyesalkan kampanye yang beradab ini. Banyak fitnah bertebaran, banyak hoax yang diproduksi, kebencian diumbar. Hingga akhirnya, di masyarakat terbangunlah tembok antara pendukung 01 dan 02.
Bisakah tembok itu runtuh selepas pilpres nanti? Saya ragu. Sebab sehabis pilpres 2014, Pak Jokowi juga mengajak untuk bersatu kembali. Nyatanya rakyat masih terpecah. Kecuali kita mulai dari sekarang.
Pertama sekali, kita harus menyadari bahwa segala kebencian ini akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan anak-anak kita ke depannya. Gak percaya? Bayangkan di banyak tempat kebencian bertumbuh dengan subur. Sedikit saja hal yang memancing, bisa-bisa anak kita menjadi korban. Tak peduli apakah anak kita berasal dari kelompok mayoritas atau minoritas. Ingatlah, di dalam kekerasan (apalagi yang terlibat anak-anak) terluka atau tidak pasti akan mengganggu kesehatan mentalnya.
Bayangkan anak-anak Anda menjadi pembenci dan pelaku kekerasan. Pasti lah di setiap langkahnya pun terancam. Kita pun was-was. Tak ada yang menjamin, apakah si kalah di saat ini akan tetap lemah. Mungkin saja dia akan membalas di hari selanjutnya.
Kurangilah mempertontonkan aksi-aksi berbau pilpres di sekitar anak. Salah satu cara yang paling gampang adalah jangan berantam atau berdebat panjang dengan suara lantang di sekitar mereka. Karena tidak ada untung untuk siapapun, terlebih pribadi presiden yang didukung!