Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hukum "Supply and Demand" dalam Prostitusi Artis serta Kaitannya dengan "Jakarta Under Cover"

7 Januari 2019   14:42 Diperbarui: 9 Januari 2019   14:38 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi prostitusi (dok.liputan6.com)

Prostitusi artis bukan hal baru atau masalah baru. Hal ini sudah diungkap pertama kalinya pada tahun 80-an dengan daftar list artis  yang lengkap dengan tarif masing-masing. Jelas, waktu itu tidak sampai 80 jeti, tapi nilai dolar juga masih di bawah seribu Rupiah.

Kasus ini kembali mencuat dengan terbitnya buku Jakarta Under Cover yang menceritakan bagaimana kehidupan esek-esek di Jakarta. Buku ini juga menelanjangi oknum pejabat dan pengusaha yang biasa berlangganan dengan PSK dari artis dengan tarif tinggi.

Sedangkan pada era milenial, berita-berita seperti ini bagai datang dan pergi. Ada beberapa artis yang sudah ditangkap berulangkali oleh aparat, tetapi tidak terlihat jera. Bahkan mereka masih tetap eksis berkeliaran, baik di layar kaca maupun di jagad bisnis esek-esek.

Seperti juga dengan artis VA ini, yakinlah bahwa kasus ini juga akan bernasib sama seperti kasus-kasus sebelumnya. Selama tidak ada penanganan hukum yang lebih baik, bisnis esek-esek akan terus tumbuh. Apalagi banyak yang senang kecipratan keuntungannya.

Mengapa bisnis ini berkembang luas? Ingatlah bahwa profesi PSK adalah profesi tertua di dunia, sudah ada sejak zaman baheula. Hanya saja sekarang berubah bentuk dan polanya. Lebih banyak variasi dan kemasan. Apalagi ditambah kemudahan jaringan online.

Dunia artis menjadi ladang bagi pengembangan PSK tingkat tinggi. Karena beberapa hal ini:

1. Tayangan televisi yang tidak mendidik. Coba kita lihat, televisi mana yang memberikan tayangan yang bermanfaat bagi masyarakat? Sebagian besar hanya menggugah naluri rendah, kehidupan konsumtif, perselingkuhan, perseteruan, adu domba, pembohongan publik dsb.

Salah satu jenis tayangan yang paling banyak dilahap oleh masyarakat adalah gaya hidup konsumtif, yang menayangkan sinetron tentang orang kaya dan segala kenikmatannya. Begitu pula dengan tayangan entertainment yang menonjolkan keglamouran hidup artis.

Maka jangan salahkan jika kemudian sebagian perempuan muda berusaha merintis karir menjadi artis. Dengan bermodalkan kecantikan fisik dan kemolekan tubuh. Padahal mereka belum tentu berbakat dalam akting. Gelar artis menjadi impian mereka. 

Jika tidak begitu sukses dalam karir sebagai artis, sementara mereka sudah mengklaim diri sebagai artis, mau tak mau mencari jalan untuk tetap eksis sebagai artis. Salah satunya adalah memasuki prostitusi artis. Mereka sudah menjadi supply bagi prostitusi tingkat tinggi.

2. Gaya hidup pengusaha dan pejabat yang merasa 'keren' kalau memiliki simpanan. Hal ini sudah ada sejak zaman Orde Baru. Bagi yang membaca dan menonton Jakarta Under Cover, pastilah paham bagaimana mereka mencari sasaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun