Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Narkoba Menyusup ke Desa Sebagai Gaya Hidup

13 Desember 2018   11:14 Diperbarui: 13 Desember 2018   11:17 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diskusi narkoba (dok.pri)

Teringat pada salah seorang teman akrab. Ia memiliki tiga orang anak. Anak pertama, laki-laki  ikut dengan dia kerja  dan menikah di Jakarta. Anak kedua seorang perempuan, sudah menikah, tinggal bersama ibunya di kampung, daerah Jawa Tengah. Anak bungsu, perempuan, belum menikah.

Anak yang paling disayangi teman saya adalah si bungsu. Mulanya ia berharap anak ini akan berlanjut kuliah dan menjadi sarjana. Karena itu ia menyisihkan sebagian uang penghasilan untuk biaya kuliah si bungsu. Saat itu si bungsu masih duduk di bangku SMA.

Betapa kagetnya ketika pulang kampung, teman saya mendapat panggilan dari guru sekolah tempat si bungsu belajar. Ternyata sudah dua bulan anak itu bolos sekolah. Setelah diinterogasi, anak itu justru menyatakan tidak mau sekolah lagi. Walau dibujuk apapun, tetap mogol, mandeg dari sekolah.

Teman saya sangat kecewa, karena anak ini adalah harapannya. Ia mencoba menyelidiki mengapa si bungsu tidak mau sekolah lagi. Ternyata ia mendapati pergaulan putrinya yang tidak wajar dengan gerombolan anak muda di kampung. Mereka menjadi geng motor, bergaya punk dan pecandu narkoba.

Salah pergaulan, itu yang terjadi pada diri putri bungsu. Teman saya menyesali hal itu. Ia bekerja keras di ibukota untuk mencari nafkah, sedangkan istrinya yang orang kampung, tidak menyadari perubahan anaknya. Kalau dikasari, anak itu mengancam akan pergi dari rumah.

Sampai sekarang si bungsu masih bergerombol bersama teman-temannya, walau dia tetap pulang ke rumah. Gaya pakaian, gaya bicara dan model rambutnya sudah mirip anak jalanan, sulit untuk diubah. Teman saya yang putus asa, akhirnya menggunakan uang yang sedianya untuk kuliah, guna merenovasi rumah agar anak lebih betah di rumah.

Sebenarnya ini adalah salah satu bukti bahwa Indonesia darurat narkoba. Mafia narkoba berhasil menyusup sampai ke desa desa terpencil sekali pun. Mereka menularkannya melalui gaya hidup di perkotaan yang dipertontonkan televisi dan media lainnya.

Kebetulan saya menghadiri  diskusi Trending Topik tentang narkoba bertema "Antisipasi dan Solusi Permasalahan Narkoba di Desa Dalam  Rangka Menuju Desa Bersih Narkoba", saya mendengarkan penjelasan DR Ir, Ansar Husein Msi, Inspektorat Jenderal Kementrian Desa PDT dan Transmigrasi.

Diskusi ini dibuka oleh Kepala BNN (Badan Narkotika Nasional), Komisaris Jenderal Pol. Heru winarko di ruang Semeru, Logoon Tower, Hotel Sultan Jakarta, beberapa hari yang lalu. Kali ini BNN bekerja sama dengan Kementrian Desa PDT dan Transmigrasi.

Narkoba selalu menjadi ladang pencaharian yang sangat menggiurkan, karena mendatangkan keuntungan berlipat ganda. Karena itu bandar narkoba tak hentihentinya mencari mangsa dimana saja, dari Kota hingga pedesaan. Mengapa narkoba bisa sampai ke desa?

1. Pembangunan desa. Dampak sampingan dari pembangunan di desa adalah terbukanya akses, baik transportasi, komunikasi dan sebagainya, yang memudahkan penduduk desa untuk berinteraksi dengan orang lain. Begitu pula dengan mafia narkoba, lebih mudah menjangkau desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun