Mohon tunggu...
Nurdin Taher
Nurdin Taher Mohon Tunggu... Administrasi - Keberagaman adalah sunnatullah, karena itu pandanglah setiap yang berbeda itu sebagai cermin kebesaran Ilahi. Surel : nurdin.en.te.70@gmail.com0

Lahir dan besar di Lamakera, sebuah kampung pesisir pantai di Pulau Solor, Flores Timur. Menempuh pendidikan dasar (SD) di Lamakera, kemudian melanjutkan ke SMP di Lamahala, juga kampung pesisir serta sempat "bertapa" 3 tahun di SMA Suryamandala Waiwerang Pulau Adonara, Flores Timur. Lantas "minggat" ke Ujung Pandang (Makassar) pada Juli 1989. Sejak "minggat" hingga menyelesaikan pendidikan tinggi, sampai hari ini, sudah lebih dari 30 tahun berdomisili di Makassar. Senantiasa belajar dan berusaha menilai dunia secara rasional dengan tanpa mengabaikan pendekatan rasa, ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menatap Kursi Presiden dengan Menyebar Hoaks

22 Januari 2018   10:26 Diperbarui: 23 Januari 2018   08:45 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zulkifli Hasan, Ketua Umum PAN (www.kumparan.com).

Oleh : eN-Te

Ternyata syahwat kuasa dapat menyebabkan seseorang dapat kehilangan kewarasan nalarnya. Gegara ingin cepat 'naik daun', berita hoaks pun diumbar ke publik. 

Tanpa memiliki dan didukung data yang valid, dengan percaya diri melempar tuduhan sambil berharap kecipratan citra baik. Namun, ketika publik terhenyak dan melakukan protes, buru-buru membantah bahwa pernyataan yang dikeluarkannya tidak dalam pengertian seperti yang dipahami publik. Andai publik tidak heboh dan kegaduhan tidak terjadi, bantahan ini tidak akan pernah ada.

Inilah tipologi manusia yang hanya ingin mendapatkan keuntungan dengan jalan mengabaikan norma dan etika. Padahal secara sosiologis tradisional, mereka yang sering memanfaatkan momentum untuk keuntungan dengan 'jalan haram' ini seringkali mengklaim diri paling suci bersih tanpa noda dan dosa. 

Kelompok ini seringkali memanfaatkan jargon agama untuk mendiskreditkan kelompok lain, yang mungkin saja secara ideologi berbeda, tapi masih dalam satu keyakinan.  

Maka tanpa merasa malu dan risih, di depan khalayak terdidik masih dengan percaya diri menyebarkan hoaks. Dengan enteng melempar isu sensitif di hadapan publik, meski sangat miskin data. Terdorong oleh insting ingin memanfaatkan momentum untuk menaikkan citra diri dan partai, tega pula memfitnah kelompok dan partai lain.

Adalah Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) sekaligus Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan yang membuat 'gaduh', karena telah dengan sengaja  memancing perdebatan di ranah publik. Ketika menghadiri acara sosialisasi empat pilar kebangsaan di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Zulhas menyebutkan bahwa di DPR saat ini sudah ada lima partai politik (parpol) yang menyetujui (praktek dan atau budaya) LGBT.

Serta merta pernyataan Zulhas pun mendapat kritikan pedas dari berbagai kalangan. Salah satu yang menyindir secara sarkas terhadap pernyataan yang dikeluarkan Zulhas itu, adalah Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Menurut Cak Imin (Sapaan akrab Ketum PKB, Muhaimin Iskandar), bahwa pernyataan yang disampaikan Ketua MPR itu sebagai sampah kampanye (1).

Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) merupakan isu sensitif yang beberapa tahun terakhir menyita perhatian publik Indonesia. Sebenarnya masyarakat Indonesia menolak praktek dan budaya LGBT, mengingat secara sosiologis tradisional masyarakat Indonesia masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan moral agama. 

Dan sudah pasti semua tatanan nilai tradisonal dan semua agama sangat menolak dan menempatkan praktek dan budaya LGBT sebagai sesuatu yang terlarang.

Tapi entah 'setan' dari mana merasuki hati dan jiwa Zulhas, yang juga Ketua MPR RI sekaligus juga sebagai Ketua Umum PAN, sengaja melempar isu panas tentang LGBT sambil berjingkrak ria menuding lima partai lainnya mendukung LGBT sebagai pihak yang telah menyetujui LGBT. Dengan 'sombong' Zulhas menyebutkan partai sendiri dengan empat partai lainnya, tanpa menyebutkan nama partai-partai tersebut sebagai kelompok yang menolak LGBT dalam pembahasan RUU. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun