Mohon tunggu...
Emma Sipayung
Emma Sipayung Mohon Tunggu... Akuntan - Berpetualang sambil belajar

Wanita kantoran yang suka berpetualang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

KKN Dimulai dari Dunia Pendidikan?

5 April 2021   00:18 Diperbarui: 5 April 2021   00:23 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebenarnya malu menceritakan aib kampus sendiri tapi ini sebuah budaya yang harus kita hapuskan sebegai generasi muda yang memiliki integritas dan rindu memiliki tatanan birokrasi yang bersih dari KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme). Kita kadang kecewa dengan birokrasi yang lamban jika tanpa uang dan bisa cepat dengan "uang pelicin", kita kesal semua urusan harus menggunakan uang apalagi di dunia pendidikan yang kadang kita sebagai mahasiswa atau siswa belum memiliki uang tapi di tuntut untuk memberi uang agar nilai bagus atau sekedar urusan birokrasi kampus selesai dengan cepat. 

Suatu pengalaman yang sangat mengejutkan bagi saya ketika masih SMU, waktu itu menjelang pengumaman UN (Ujian Nasional) guru Bahasa Indonesia saya memanggil saya dan mengatakan "nilai bahasa Indonesia kamu kurang dari standart kelulusan tapi sudah bapak bantu jadi kasihlah uang rokok untuk bapak". Itu kali pertama saya "ditodong" oleh seorang guru yang harus nya memberikan teladan bagi siswanya, sangat terkejut dan kecewa. Dunia pendidikan telah disusupin oleh oknum yang merusak citra pendidikan itu sendiri. Tapi ternyata itu hal yang lazim, karena untuk masih SMA favorit saat itu bukan hanya memalui jalur testing dengan nilai bagus tapi juga ada jalur khusus dengan "beli kursi", artinya kamu bisa sekolah di SMA Negeri favorit walaupun nilai kamu kurang asal ada duit.

Miris bukan? tidak hanya di SMA dibangku perkuliahan hal ini banyak terjadi, bahkan lebih parah. Jika kamu punya kenalan dosen di kampus negeri kamu bisa masuk walau sebenarnya tidak lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru di PTN (Perguruan Tinggi Negeri) katanya sihh ada jataha dosen yang konon katanya bisa diperjualbelikan. Belum lagi saat masa perkuliahan dimana mahasiswa diharuskan membeli diktat yang dosen punya sekalipun kita tidak mampu. Yang paling menyedihkan ketika sidang Skripsi dimana harus mengundang beberapa dosen penguji yang telah ditentukan kampus dan beberapa dosen akan datang jika ada "amplop" nya, beberapa dosen pembimbing juga akan menandatangani skripsi jika ada "upetinya" walau tidak semua dosen begitu, masih ada dosen yang berintegritas. 

Dan yang paling menyedihkan kampus yang cukup banyak memiliki dosen yang suka meminta "upeti" kepada mahasiswanya adalah almamater saya yang banyak menghasilkan calon pendidikan yang berkompetensi. Bisa dibayangkan bagaimana calon pendidik itu kelak mendidik generasi bangsa ini?Kadang kita kesal kepada para koruptor yang menggerogoti uang bangsa ini, kesal dengan birokrasi yang lamban tanpa "uang pelicin" tapi kita sebenarnya telah menabur benih itu dari dunia pendidikan dimana harusnya itegritas dipupuk dan kecintaan akan negeri ditumbuhkan. Tidak ada kata terlambat untuk berubah, yuk kita bisa menyelamatkan generasi untuk tetap menjaga integritas sekalipun kita telah dicurangi oleh para pendidik yang tidak berintegritas...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun