Kemajuan teknologi yang sedang terjadi saat ini membuat perilaku konsumen mengarah kepada cara yang lebih baru (cara digital). Serta seiring terjadinya pandemi COVID-19 secara tidak langsung memberikan efek positif terhadap pola transaksi konsumen di masyarakat. Berbelanja melalui aplikasi berbelanja online menjadi tren baru dalam berbelanja, dikarenakam efek dari kebijakan pemerintah yang memberi himbauan seperti social distancing serta dengan diterapkannya PSBB yang membuat mobilitas masyarakat untuk berbelanja keluar rumah menjadi lebih terbatas.
 Berdasarkan hasil wawancara yang didapat terhadap 3 mahasiswa yang menjadi pelaku konsumen, perilaku konsumen pada mahasiswa selama pandemi sudah mengarah kepada digitalisasi, bahkan sebelum terjadinya pandemi. Namun dengan pembatasan aktivitas dan hanya di rumah, dapat mempermudah mahasiswa untuk belanja dari rumah dan mengandalkan ecommerce serta media sosial. Semua narasumber mengatakan bahwa, belanja online dapat memudahkan mereka untuk mencari barang yang mereka inginkan dan butuhkan dengan mudah dan hanya sekali ‘klik’ mereka bisa membelinya tanpa harus keluar rumah.
Bahan tren belanja digital (online) membuat penjualan bahan pokok secara online naik 35% selama pandemi. Efek samping positif pandemi COVID-19 bagi ekosistem digital adalah menjadi lebih banyaknya konsumen yang berbelanja secara online untuk membeli barang-barang yang kebutuhannya besar maupun dalam kategori tersier. Masih dalam website yang sama, perusahaan e-commerce asal Singapura yaitu Shopee mencatat, penjualan kebutuhan pokok dan makanan melonjak empat kali lipat selama pandemi Covid-19. Dapat dibandingkan dengan sebelum masa pandemi, produk yang paling banyak dicari dari kategori fashion dan kecantikan. Tren barang yang paling banyak dicari pengguna Shopee pun berubah sejak pandemi. Putri Lukman selaku Head of FMCG Shopee Indonesia memperkirakan, tren seperti itu bertahan di saat masa normal baru (new normal). Dengan demikian, Shopee memberikan promosi pada produk kebutuhan pokok serta promosi gratis ongkos kirim (ongkir) dengan diskon hingga 70% untuk menggaet lebih banyak konsumen.
Tabel 1 menunjukkan kemudahan dan keuntungan yang membuat mahasiswa memutuskan untuk memilih moda perbelanjaan online baik melalui media sosial maupun melalui e-commerce. Semakin banyaknya penawaran promo seperti potongan harga dan gratis ongkir, penawaran menarik seperti adanya flash sale, menjadi stimulus untuk konsumen agar dapat membeli. Lalu ditambah lagi dengan mudahnya proses pembayaran menjadi jawaban selanjutnya karena dengan adanya fasilitas pembayaran langsung dari e-commerce dapat memudahkan dan mempercepat proses pembayaran. Sama halnya dengan e-commerce, melalui media sosial pembeli bisa membayar dengan sistem COD dan barang bisa langsung diantar ke rumah. Selain itu produk yang ditawarkan memasang harga ramah di kantong dan yang menjual produk biasanya dari sesama teman sehingga mahasiswa dapat membelinya.
Peningkatan persentase tersebut disusul dari situs perusahaan 6% dan media sosial 3%. Survei ini dilakukan secara daring pada 18 Juni – 13 Juni 2020 oleh Bank DBS, dan melibatkan 545 responden di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Hasil survei tersebut selaras dengan hasil wawancara yang dilakukan mengenai produk yang sering mahasiswa cari dan beli sangat bervariasi, seperti makanan, pernak-pernik sekolah, fashion (baju, tas, dan lain-lain), make up dan skincare.
media sosial yang memulai inovasinya dalam menyuguhkan fitur yang dapat mendukung konsumen untuk berbelanja online. Contohnya seperti yang dilakukan oleh Instagram. Dimuat dalam katadata.co.id, kini Instagram sudah bertransformasi menjadi platform pemasaran digital bagi para pelaku bisnis. Manfaat dari salah satu fiturnya ialah dapat memasarkan produk dengan mudah. Country Director Facebook Indonesia Sri Widowati mengungkapkan, Instagram telah memiliki 25 juta profil bisnis dan 2 juta pengiklan secara global, dan menurutnya, Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah profil bisnis terbanyak di Asia Pasifik. Kemudian Sri Widowati menambahkan, berdasarkan data internal Instagram, terdapat 50% akun bisnis yang ada di Instagram dan bahkan tidak memiliki situs web sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa profil bisnis Instagram memiliki dampak positif dalam kehadirannya secara online.
Selain dari mahasiswa yang menjadi pelaku konsumen yang merasakan dampak digitalisasi pada masa pandemi, di saat ini mahasiswa juga diminta untuk menjadi kreatif dan memanfaatkan peluang yaitu dengan membuka usaha online. Para narasumber menyampaikan, alasan mereka membuka usaha adalah saat ini semua orang lebih memilih belanja online maka dari itu mereka memanfaatkan peluang tersebut untuk memulai usaha. Selain itu, dengan menjual produk melalui e-commerce dan media sosial jangkauan pembeli menjadi lebih luas dan mudahnya transaksi. mudahnya transaksi.
kesimpulannya, pada kondisi dan situasi yang dialami oleh masyarakat saat ini khususnya mahasiswa, membawa mereka kepada hal yang sebelumnya belanja online hanya menjadi pilihan tetapi sekarang sudah menjadi kebutuhan. Digitalisasi sudah menjadi teknologi yang dapat memudahkan kegiatan manusia dalam segala lini kehidupan, termasuk belanja. Hal itu lah yang menjadi faktor perubahan konsumen dan terjadi pada masa pandemi saat ini. Pendukung perubahan perilaku konsumen pada masa pandemi adalah terdiri dari banyaknya kontribusi layanan online yang menawarkan berbagai kemudahan untuk mendukung kegiatan konsumen dalam berbelanja online. Selain itu, agar lebih mudah dan tetap mematuhi kebijakan untuk melakukan kegiatan di rumah. Mahasiswa yang sebagai generasi melek teknologi memiliki keputusan bahwa belanja secara online praktis dan efisien.
Saran yang bisa penulis berikan kepada masyarakat khususnya mahasiswa adalah agar bisa lebih pintar dalam berbelanja dan mengatur keuangan. Pintar dalam berbelanja dalam artian dapat memilah dan memilih apa yang ingin dibeli berdasarkan kebutuhan dengan melihat skala prioritas jangan hanya membeli tapi akhirnya tidak terpakai. Selain itu perhatikan untuk memilih toko dan produk yang terpercaya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.