Mohon tunggu...
EmilyWu
EmilyWu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis, Cerpenis, Menerima Jasa Penulisan Novel.

Walaupun aku tak bersayap, aku ingin terbang ke langit mengambil matahari, bintang dan bulan. Ide cantik selalu menarik untuk kuketik dan kususun dengan indah menjadi sebuah kisah...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hampir Saja Bahagia

23 Februari 2018   20:16 Diperbarui: 24 Februari 2018   04:19 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : istock, diedit dengan Canva

( Seri. 3 )

Siang itu ketika aku sedang makan siang di kantin sekolah dengan Desi

"Andini, kamu kok  nggak segera punya pacar sih? Tahu nggak kata orang bijak, masa SMA itu masa paling indah, apalagi kalau kita punya pacar. Hari-hari yang kita lalui makin terasa menarik." Desi memulai obrolan yang entah kemana arahnya.

"Kamu kan cantik Din, banyak yang naksir, tinggal tunjuk mana yang kamu mau. Mau mantan ketua osis yang hitam manis yang  hampir tiap hari kasih coklat? Atau Danu, si jago basket yang sekarang masih menjabat sebagai ketua osis? Ehm....atau Iwan, anak SMA sebelah, atau Cahyo, mahasiswa  fakultas tehnik itu, Atau...ehm...siapa lagi ya? Si Ipung? Anak SMA 4 yang keriting itu. Atau si Dodo?"  Ehm...si Bule?" Desi  berbicara semau-nya dan aku diam saja.

Kataku dalam hati :" Aku hanya mau jadi pacar Ary, tetangga kamu itu, abang pacarmu itu. Tentu saja hanya dalam hati.

Dan bagiku punya pacar itu nggak sekedar punya pacar, aku mau pacarku adalah orang yang benar-benar aku cintai dan kalau bisa satu untuk selamanya.

"Ih....kamu ini, diajak bicara  diam saja." Kata Desi sebel, melihat aku yang tidak menunjukkan reaksi yang Desi harapkan.

"Atau kita saudaraan?" Tanya Desi tiba-tiba

"Maksudnya?" Tanyaku bingung.

"Kamu dengan Ary saja. Dia naksir kamu lho Din, semalam katanya dia lewat depan rumah kamu, niatnya sih mau main ke rumah kamu,  tapi nggak jadi mampir, katanya dia nggak enak, karena rumah kamu rame banget."

"Apa?" Hampir saja nasi yang masih di dalam mulut dan belum sempat ku telan meloncat, ketika aku mendengar apa yang baru saja disampaikan Desi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun