Mohon tunggu...
Eman Permana
Eman Permana Mohon Tunggu... Freelancer - Bussiness Owner

Teruslah update ilmu

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dari Pengamen Menjadi Pebisnis

4 Desember 2020   09:12 Diperbarui: 4 Desember 2020   09:36 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kita flashback sedikit tentang masa kecilku.

Aku dilahirkan di Bandung, dan pada saat umurku 3 tahun ayah dan ibu berpisah entah karena hal apa. Hal tersebut memaksa ibu berpikir dan bekerja keras demi menghidupi kami 2 anak yg masih sekolah.

Dibesarkan dengan satu orang tua, kesibukan ibu bekerja membuat saya kurang terarahkan dalam pergaulan. Saya kelas 1 SD waktu itu, bergaul dengan tetangga yang sama2 tanpa ayah. Kita sama-sama kurang perhatian orang tua, kita sama-sama kasihan melihat ibu bekerja. Sampai akhirnya kita berdua diskusi cara mendapatkan uang jajan sendiri dengan NGAMEN.

Kami ngamen bermodalkan mencari tutup botol minuman botol kaca, kami bentuk dengan batu agar bulat. Lalu kami mencari ranting pohon sebagai pegangan dan kami paku. Alat itu kami sebut kecrek.

Kami mulai ngamen dari jalan lingkar selatan sampai alun-alun kota Bandung. Saya menyembunyikan kegiatan saya dari ibu. Kami dua anak kelas 1 sekolah dasar mengayunkan kecrek dengan tangan kanan kami dan mengadukannya ke tangan kiri kami agar tercipta bunyi, sementara mulut kami bernyayi. Nyanyian kami waktu itu bukan lagu pop, tapi lagu anak2 pada jaman kami seperti balonku, potong bebek. Penghasilan kami pada tahun 1995 itu kisaran Rp1.000 sampai Rp.1.500.

Uang hasil ngamen saya kasihkan ke ibu, dia bertanya uang darimana yang saya berikan tersebut dan saya berbohong bahwa itu uang hasil jualan mie jepang, kalau jaman sekarang disebut mie lidi. Karena kadang-kadang juga saya berjualan mie jepang keliling lingkungan rumah. Lucu sekali jika saya ceritakan secara detail cara jualan mie jepang. Jika cara jualannya dilakukan ditahun 2020 maka mungkin akan terlihat aneh. Kardus kotak persegi dikasih tali rapia yang dikalungkan di leher. Kardus tersebut berisi mie jepang yang saya jual. Lucu sekali pada saat usia semuda itu, jika ada yang beli maka saya akan disebut Mang(paman). Dan kata terindah yang dinanti adalah teriakan anak balita berteriak "Maaaannggg meseeeeerrrr"(Pamaaaannn Beliiiii).

Sampai akhirnya kelas 4 sekolah dasar ada tetangga yang memergoki saya sedang ngamen di alun-alun Bandung. Ibu saya menangis dan ngomel, dan memberitahukan kegiatan saya pada keluarga dari pihak ayah. Dan syukur alhaldulillah keluarga dari ayah mensuport biaya sekolah.

Sejak kecil sudah berdagang, dan jaman sekolah pun saya terus berdagang mengikuti arus trend perdagangan. Dari keliling mie jepang sampai belajar jualan via internet saya pelajari. Walaupun keuangan saya tidak seberuntung orang yang bisa dibelikan HP pada jaman tersebut, saya mengumpulkan uang jajan sekolah untuk ke warnet. Pada jaman tersebut warnet masih mahal sekitar 30 ribu per jam. Lalu turun 12 ribu perjam sampai 3ribu per jam.

Saya belajar jualan di Kaskus.com sampai Bukalapak.com. Saya ingat nasehat dari ahli marketing "Jika tidak mengikuti arus trend, maka harus kamu ikuti, jika tidak maka kamu akan terseret lalu tenggelam".

Tahun 2013 sampai 2014 saya menangkap peluang besar, saat booming batu akik. Saya dihadapkan pada dua pilihan, apakah saya akan ikut jualan batu akik yang dimana saingan saya ada ribuan bahkan jutaan pedagang se-Indonesia, atau saya menjadikan para pedagang yang banyak itu calon konsumen saya. Akhirnya saya berpikir menyamping, bukan menyimpang negatif ya hehe.. Saya berpikir apa yang dibutuhkan para pedagang yang banyak itu.

Saya menangkap peluang ketika orang sudah punya batu akik, tentu mereka ingin batu akiknya kinclong, sampai dimana-mana saya lihat banyak orang menggosok-gosokkan batu akik di cincinnya pada celana bagian paha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun