Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Estetika Keberagaman yang Membebaskan

16 November 2020   10:59 Diperbarui: 16 November 2020   11:31 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kadrun.id/2020/11/13/estetika-keberagaman-yang-membebaskan/

Keberagaman yang kita alami dan kita saksikan sekarang ini, bukan begitu saja terjadi, melainkan suatu keberagaman dalam perayaan kebebasan, sekaligus menjadi titik awal perubahan yang lebih hakiki, yakni estetik. Dunia terus mengalami perubahan berdasarkan dialektika pembebasan masa lalu. Keyakinan yang dulu diperjuangkan oleh orang-orang revolusioner, dan kini masih tetap sama di seantero jagat bumi ini, tidak lain adalah terwujudnya humanisme dalam kebebasan yang datang dari kemurahan hati Tuhan Yang Maha Kuasa.

Jauh sebelum masehi, seorang nenek moyang dari bangsa yang besar, dengan menurut pada perintah Tuhannya, Nabi Ibrahim AS siap menyembelih putra kesayangannya yang bernama Ismail di Kubah Batu untuk dikorbankan. Namun, sebelum pisaunya menyayat leher Ismail, sosok malaikat yang diperintahkan Tuhan itu hadir, dan menggantikan Ismail dengan domba jantan yang bertanduk melingkar. Filosofi dari peristiwa ini tentu saja Tuhan berpesan, bahwa pengorbanan dalam bentuk peribadatan kepada-Nya, tidak boleh mengorbankan manusia---Sebuah larangan yang tidak dianut pada zaman kuno (tumbal)---akan tetapi cukup dengan mengorbankan hewan.

Sebagian dari kita, akan tampak mengerikan melihat fenomena praktik pengorbanan manusia. Namun praktik ini sempat menempati posisi sentral dalam kehidupan zaman itu. Bentuk pengorbanan hewan juga berarti harus berani berkorban untuk menggorok hawa nafsu dalam diri, sebelum menyembelih hak-hak kebebasan manusia lainnya.

Begitupun sejarah Moses atau Nabi Musa AS. yang membebaskan kaumnya dari ketertindasan, diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan Firaun Mesir. Dilanjutkan kisah ketenaran dan kegemilangan raja ideal bangsa Yehuda Israil pada kurang lebih 1000 SM. Raja agung itu adalah Nabi Daud AS. yang menaklukkan Kota Yerusalem---tanah yang disucikan agama samawi karenanya paling disengketakan---dengan adil dan welas asih.

Nabi Daud AS. dengan kitab Zabur sebagai nubuatnya, tidak hanya menghormati bangsa Filistin taklukannya itu, tetapi juga mengajak mereka dalam kerjasama erat untuk membangun pemerintahannya. Nabi Daud AS. juga sebagaimana Nabi Ibrahim AS. tetap menghormati keyakinan kaum lain di negeri tersebut. Kesuksesan Nabi Daud di teruskan oleh Nabi Sulaiman AS. sekitar 950-an SM yang telah mencapai kedudukan raja paling legendaris sejagat raya dengan penuh kekayaan dan kebijaksanaan.

Belum lagi pada masa kekuasaan Ptolemeus II (282-246 SM), seorang berparas tampan menawan yang berasal dari Kota Yerusalem, bernama Joseph atau Nabi Yusuf AS. yang berhasil menyelamatkan kaumnya dari keterpurukan dan kemiskinan.

Eksklusivisme bani Israil yang meyakini bahwa mereka adalah bangsa terpilih oleh Tuhan, memulainya dengan racun kesombongan di bawah kekuasaan penguasa Herodes yang militeristik, kian merebak juga pada Wangsa Daud pada saat itu. Selain itu, kekakuan hukum Yahudi oleh segenap penganutnya, dipatahkan oleh kabar Nabi Zakaria AS. Kabar itu mengenai pembebasan tanah suci. Nabi Zakaria mengabarkan kalau sebentar lagi, tanah suci ini akan dipimpin oleh seorang Nabi yang lemah lembut dan penuh kasih terhadap seluruh umat manusia. Ia akan memimpin dengan mengendarai seekor keledai.

Kabar yang dihembuskan oleh Nabi Zakaria, tidak lain adalah Nabi Isa Al-Masih AS. Dengan Nubuat Injil, Nabi Isa AS. berusaha mengintroduksi makna dalam Taurat yang lebih sempurna. Ketika Taurat mengatakan "jangan membunuh", maka ajaran Nabi Isa AS. mengatakan bahkan marah pun tidak boleh; jika Taurat mengatakan "jangan berzina", maka ajaran Isa Al-Masih itu menyebutkan, jangankan untuk berzina, memandang wanita dengan penuh birahi saja tidak diperbolehkan. Sebuah hukum universal-substantif yang membebaskan.

Kemudian Nabi Muhammad SAW. sebagai utusan terakhir yang menerima wahyu pertama kali pada bulan Ramadhan 610 M. Kota Mekkah dan negeri Hijaz yang sedang mengalami peningkatan kemakmuran dari segi materil melebihi sebelumnya, justru orang sekitar disibukkan masing-masing dengan mengumpulkan harta kekayaan bagi dirinya sendiri, alias memperkaya diri. Ditambah konflik kesukuan yang suka berperang.

Wahyu yang diturunkan Allah SWT. melalui Nabi Muhammad SAW. bukanlah ajaran baru, melainkan berdasar pada ajaran Nabi-nabi sebelumnya. Nabi Muhammad SAW. menyeru orang-orang Mekkah untuk pasrah keseluruhan hidupnya pada Allah SWT. Allah SWT melalui perantara Nabi Muhammad SAW. menyerukan agar membangun sebuah masyarakat yang adil dan berakhlak mulia, maka akan memperoleh timbal balik berupa kesejahteraan dan kemakmuran hidup.

Oleh karena itu, Islam hadir dalam rangka meneruskan hukum-hukum Taurat, dan ajaran cinta kasih kemanusiaan yang dibawa oleh Nabi Isa Al-Masih AS. secara komprehensif. Nabi Muhammad SAW. tidak hanya manusia yang genius secara spiritual saja, beliau juga ahli ekonomi, pendidik, hukum tata negara, dan politik yang akan membebaskan manusia dari jerat sistem lama yang popular dengan istilah jahiliyyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun