Mohon tunggu...
M. Aminulloh RZ
M. Aminulloh RZ Mohon Tunggu... Guru - Hidup Berpetualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Politik hanya momentum, berbuat baik selamanya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Syahwat Kekuasaan Penegak Khilafah

13 Agustus 2020   19:30 Diperbarui: 13 Agustus 2020   22:16 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh. M. Aminulloh RZ

Ada sebuah petuah yang penulis ingat dari Penyair besar WS. Rendra, yaitu: "Politik adalah cara merampok dunia. Politik adalah cara menggulingkan kekuasaan, untuk menikmati giliran berkuasa." Membicarakan politik adalah perbincangan yang selalu hangat, aktual dan tajam dalam perhelatan kekuasaan. 

Seperti kita saksikan bersama, banyak kasus kontroversi yang dilakukan oleh kelompok Hizbut Tahrir (HT), baik dalam negeri maupun luar negeri. Seperti kasus propaganda dan aksi mereka di Suriah pada tahun 2011.  Manuver HT menimbulkan peperangan antar saudara, saat ini masih berlangsung, dan belum tentu selesai 10 tahun yang akan datang.

Begitu juga yang terjadi di Libya, berawal dari provokasi yang dilakukan oleh HT. Di negeri kita juga dipenuhi dengan aksi dan propaganda ratusan massa HTI memadati Bundaran Hotel Indonesia untuk mendukung penggulingan Muammar Khadafi, senin (28/3/11).  Dalam hal ini, HTI hanya memerankan sebagai cheerleaders, turut mempropagandakan pelengseran kekuasaan yang sedang dilakukan oleh Hizbut Tahrir di Libya. Ironisnya, HTI merayakan dengan penuh kegembiraan atas tumbangnya Khadafi. Libya hancur dan negaranya porak poranda oleh koalisi milter NATO.

Sebagaimana kita ketahui, narasi yang digaungkan oleh HTI juga seringkali berdalih dakwah. HTI dengan berbagai kamuflase nama badan atau lembaga semenjak organisasinya resmi dibubarkan oleh pemerintah pada tahun 2017 lalu. Faktanya, Hizbut Tahrir berarti Partai Pembebasan Pan-Islamis yang bertujuan membentuk Khilafah Islam, daulah Islamiyah atau negara Islam. HT bercita-cita mengembalikan dan membentuk dunia Islam ke sistem kekhalifahan terdahulu. Ilusi sistem politik Khilafah didasarkan  pasca bubarnya kekhalifahan Turki Usmani pada tahun 1924.

HTI melakukan klaim-klaim dan memproduksi hoaks di media sosial dalam propagandanya. Seperti halnya bendera hitam putih yang sering mereka kibarkan dalam sejumlah aksi. Mereka mengklaim bendera itu sebagai bendera tauhid. Kenyataannya adalah Nabi Muhammad SAW tidak pernah membuat bendera seperti yang HTI gaungkan.

Bendera HTI bertuliskan kalimat tauhid seperti ISIS, Al-Qaeda, HAMAS, Taliban, Jabhat Al-Nusra, dan Saudi Arabia. Apakah mereka juga menganggap itu bendera yang Nabi kibarkan dahulu? Tentu saja itu hanya simbol organisasi atau kelompok, klaim dan bentuk kebohongan yang sangat terlihat secara kasat mata, apalagi mereka mengaku tidak memiliki bendera, padahal sudah sangat jelas, bendera yang kita lihat pada aksi-aksi mereka, adalah bendera HTI yang sesungguhnya. 

Demi meraih simpati dari kalangan umat Islam, sejumlah organisasi menggunakan kalimat tauhid sebagai simbol ambisi kekuasaannya. Karena tauhid itu sebaiknya ada dalam hati dan dzikir kita. Sebuah penistaan jika itu tersimbol  dalam bendera, kaos ataupun topi penutup kepala, bagaimana jika kalimat tersebut masuk ke toilet saat kita buang air besar? 

Atau saat berada di lantai bawah terinjak? Tidakkah mereka terpikir dalam otaknya bahwa sedemikian dihinakannya kalimat tauhid?. Bahkan ISIS yang punya bendera tauhid, dalam aksinya melakukan pembunuhan, pembantaian sesama Muslim, dan pembongkaran makam-makam para waliyullah.

HTI yang punya bendera tauhid juga melakukan kebohongan dan klaim yang diproduksi di medsos. Misalnya pada hari minggu (2/8/20) yang lalu, dalam talk show launching film Jejak Khilafah di Nusantara, mereka berani mencatut Prof. Peter Carey, sejarawan berkebangsaan Inggris, khususnya sejarah Jawa. Ia berasal dari Emeritus Fellow Trinity College Oxford Inggris. 

Di dalam video tersebut, penegak khilafah memaparkan potongan wawancara menanggapi peran Pangeran Diponegoro dalam perang di Jawa dan hubungannya dengan Turki Utsmani, melalui youtube Khilafah Channel. Pihak Prof. Carey tidak terima namanya dicatut tanpa adanya pemeberitahuan dari panitia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun