Mohon tunggu...
Ema Damayanti
Ema Damayanti Mohon Tunggu... Guru - Noroweco

Seorang pengajar SMP dan Ibu satu putra.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dengan Bahagia

5 Desember 2021   21:36 Diperbarui: 5 Desember 2021   21:58 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sejujurnya, jika guru ditanya tentang hal apa yang diharapkan saat pembelajaran di kelas? Saya yakin semua guru meskipun berbeda redaksi pengungkapan akan merujuk pada hal yang sama, yaitu membuat siswa bahagia ketika sedang menjalani proses pembelajaran. Hal tersebut tentu saja sejalan dengan tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya. Ya, ketika siswa belajar dengan bahagia tentu guru juga bahagia. Sebaliknya ketika siswa terlihat terpaksa, bosan, jenuh guru juga akan merasa tidak bahagia.

Lalu seperti apakah indikator siswa bahagia ketika belajar? Mungkin kita pernah mendengar istilah sekolah adalah penjara. Seseorang yang dipenjara tentu tidak memiliki kemerdekaan untuk mengekspresikan dirinya. Dia terkungkung oleh kewajiban dan kondisi yang memaksanya untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Menjadi merdeka bukan kebebasan yang tanpa batas, karena hidup dengan kebebasan yang tanpa batas juga tidak berujung pada kebahagiaan. Kebahagiaan bagi siswa sebenarnya dapat dirumuskan sendiri oleh guru yang setiap saat bertemu dengan mereka.

Beberapa indikator Siswa bahagia ketika belajar menurut pengamatan penulis selama mengajar 17 tahun diantaranya sebagai berikut. Siswa bahagia ketika mereka memahami hal yang diajarkan, bisa mengerjakan tugas yang membuat bakat mereka terlihat, merasa yakin bahwa dirinya mampu melakukan yang diperintahkan guru kemudian mendapatkan apresiasi positif dari guru, dan merasakan bahwa yang mereka pelajari bermanfaat bagi kehidupan mereka dll.

Tentu saja indikator kebahagiaan siswa dalam belajar tersebut tidak selalu kita temui pada semua siswa. Siswa yang memiliki kecerdasan kognitif tinggi mampu menangkap pelajaran dengan cepat tentu akan merasakan kebahagiaan itu. Justru mereka semakin tertantang ingin menaklukan materi ajar yang diajarkan. 

Biasanya siswa dengan golongan ini adalah mereka yang memiliki tipe kecerdasan lingusitik dan logis matematis atau dengan gaya belajar tipe auditori. 

Mengapa demikian? Karena gaya mengajar guru yang cenderung menyampaikan materi/menjelaskan dengan rinci baik secara langsung atau pun melalui video pembelajaran tentu akan mudah ditangkap oleh siswa dengan tipe kecerdasan tersebut.

Pada akhirnya, siswa dengan tipe kecerdasan lain kurang terakomodasi. Jadilah memunculkan siswa rata-rata. Siswa rata-rata adalah siswa yang tidak menonjol di kelas tapi juga tidak bermasalah dalam pembelajaran. Bisa dikatakan mereka adalah siswa "aman" Konsep "semua anak cerdas" sepertinya baru berkembang pesat pada tataran konsep. 

Pada kenyataannya mau diakui atau tidak guru masih memberikan label tentang siswa. Ada siswa sangat cerdas, siswa rata-rata, dan siswa kurang. Kenapa ada pengkategorian siswa seperti itu? Karena memang guru sendiri belum menemukan formula atau cara yang tepat untuk menciptakan pembelajaran yang dapat memunculkan semua tipe kecerdasan dan gaya belajar siswa.

Hal tersebut tentu saja bukan hal yang mudah. Beragam penelitian tindakan kelas, beragam jurnal hasil penelitian tentang metode terbaru sudah dilakukan untuk membuat siswa meningkat kemampuan belajar dan motivasi belajarnya pun sering dilakukan. Tapi sampai saat ini, belum ada metode yang baku dan pasti bisa membuat siswa bahagia belajar. Semua metode pada akhirnya kembali bergantung pada guru yang menguapayakannya.

Oleh karena itu, menjadikan siswa bahagia belajar memang tidak bergantung pada metode tapi tergantung pada ikatan siswa dan guru. Setiap siswa di setiap daerah, di setiap sekolah, di setiap kelas pasti berbeda karakteristik. Berbeda pula cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan kebahagiaan mereka dalam belajar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pun bisa saja berbeda untuk setiap kelas karena memang siswa yang dihadapi pun berbeda. Inilah peran guru seperti yang diajarkan Ki Hajar Dewantara, mengajar dengan meperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman siswa karena semua siswa berbeda, semua guru berbeda.

 Mewujudkan siswa bahagia dalam belajar adalah dengan cara setiap guru mengenali hal-hal apa saja yang bisa membuat siswanya bahagia ketika belajar. Jika pertanyaan tersebut sudah bisa dijawab oleh setiap guru di satu sekolah misalnya. Tentu akan memunculkan strategi pembelajaran yang berbeda dari sejumlah guru yang ada di sekolah tersebut dan akan kita temukan juga banyak cerita tentang hal itu. Akhir kata, Semoga kita bisa menemukan cara terbaik untuk membuat siswa bahagia. Sebab kebahagiaan siswa adalah tujuan semua guru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun