Mohon tunggu...
Lidus Yardi
Lidus Yardi Mohon Tunggu... Guru - Alhamdulillah

Bersama Allah Bahagia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masjid di Tengah Hutan

7 Desember 2019   19:19 Diperbarui: 7 Desember 2019   19:24 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


MASJID DI TENGAH HUTAN

Belakangan ini viral tentang masjid megah yang di bangun di tengah hutan. Masjid itu berlokasi di Dusun Langkoa, Desa Bontoloe, Kecamatan Bontolempangang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Dari berbagai sumber terpercaya, masjid tanpa nama di tengah hutan itu dibangun oleh seorang pengusaha kaya Sulawesi Selatan yang baik dan darmawan, pada tahun 2012. Masyarakat setempat mengenal pengusaha itu dengan panggilan Puang (70 th).

Menariknya, dibalik pembangunan masjid itu ada niat-motivasi dakwah tauhid. Di lokasi Masjid itu dahulu ada batu raksasa yang sering didatangi sejumlah warga untuk memberikan sesajen alias melakukan ritual kesyirikan. Batu itu kemudian dihancurkan dan selanjutnya dibangun masjid. Pendirinya telah berjasa memusnahkan tempat kesyirikan dan membangun tempat ibadah. Dan ide membangun masjid itu muncul saat berada di tanah suci Makkah, setelah berdoa.

Namun, apakah masjid itu masih sering didatangi oleh sejumlah warga yang dahulu sering mendatangi batu raksasa yang telah dihancurkan itu?

Tentu saja tidak. Logikanya, untuk mendatangi masjid tidak perlu jauh-jauh pergi ke ujung kampung atau ke tengah hutan. Masjid di kampung mereka tentu ada. Lalu, mengapa tempat itu dahulu sering didatangi oleh mereka? Ya, karena disitu ada batu dan dianggap keramat. Mereka tertarik kepada batu, bukan kepada masjid.

Ibrah yang dapat kita petik, itulah (diantara) corak keadaan umat Islam saat ini. Banyak di hati kaum muslimin, masjid itu seakan berada jauh di hutan belantara meski berada di tengah kampung, bahkan kota. Banyak yang tidak tertarik untuk mendatangi masjid meski dekat dari rumah.

Bukan masjid yang jauh, tapi hati yang jauh dari masjid. Banyak yang mampu joging, tapi melangkahkan kaki ke masjid terasa berat. Masjid besar, tapi sepi dari jamaah. Jamaah kedai batu domino kadang lebih banyak daripada jamaah sholat wajib di masjid.

Kalau ada batu domino, tersedia kopi, lengkap dengan televisi, kadang juga musik, meski jauh tempatnya akan terasa dekat. Jangankan lima waktu, setiap waktu ada saja yang datang untuk duduk sambil menikmati dunia.

Meski masjid di tengah hutan benar-benar ada, namun sudah banyak umat Islam yang merasa masjid selama ini benar-benar berada di tengah hutan. Jauh dan asing bagi mereka. Sehingga untuk datang ke masjid kadang hanya sekali dalam sepekan, yaitu hari jumat. Bahkan, mungkin dua kali setahun, yaitu saat sholat idul Fitri dan idul Adha.

Tidak ada yang aneh dengan masjid di tengah hutan, karena selama ini sudah banyak masjid, surau atau musholla seakan di hutan. Buka dan didatangi ramai pas di bulan Ramadhan.

Wallahu A'lam.
Lidus Yardi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun