Mohon tunggu...
Elya Dz Azizah
Elya Dz Azizah Mohon Tunggu... Guru - Elya Dzurrotul Azizah

nama saya Elya Dzurrotul Azizah, biasa dipanggil Lia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aku Punya Cita-cita tapi Hanya Menerka

12 Oktober 2020   20:15 Diperbarui: 12 Oktober 2020   20:32 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bunda aku mau tanya, kenapa bu guru kalau menjelaskan cita-cita hanya cita-cita menjadi guru atau dokter saja? Kenapa tidak pernah menyebutkan cita-cita menjadi penjahit yang bisa menggambar kayak bunda? Kan aku pengen cita-cita kayak bunda yang bisa menggambar juga bisa menjahit banyak mainan." Tanya anak tersebut dengan polosnya.

Memang kebetulan anak tersebut memiliki kecerdasan visual spasial, dia suka menggambar, suka menata mainannya dengan rapi, tak jarang juga dia suka ikut-ikutan menggambar desain baju layaknya megikuti bundanya meskipun gambarannya ala anak kecil yang menurut kita masih coretan semata.

Bundanya memang berpofesi sebagai desainer sekaligus penjahit yang sukses, tak jarang bundanya juga sering membuatkan mainan-mainan yang dikerjakan dengan cara menjahit seraya sambil menjelaskan enaknya jadi penjahit bisa menghasilkan banyak mainan dan baju, juga bisa menjual mainan dan baju tersebut agar dapat uang banyak. 

Sontak anak tersebut langsung membayangkan betapa enaknya jadi penjahit bisa membuat mainan sepuasnya. Akan tetapi anak tersebut merasa kecewa karena cita-cita anak tersebut sama sekali tidak pernah disebutkan oleh guru ketika sekolah.

Hordward Garner sang penemu teori kecerdasan majemuk pertama kali mengemukakan adanya delapan kecerdasan yang dimiliki seseorang. Seperti kecerdasan verbal lingiistik, kecerdasan logis matematis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis.

Dari delapan kecerdasan tersebut yang disebukan dalam menerangkan macam-macam cita-cita pada anak usia dini hanya beberapa saja, itulah yang membuat anak usia dini merasa tidak didukung dalam menyebutkan cita-citanya, dan pada akhirnya anak tersebut hanya menyebutkan cita-cita yang biasa disebutkan oleh guru, tanpa didasari keinginan yang kuat atau bisa dikatakan anak ikut-ikutan teman-temannya atau asal sebut saja.

Selain itu, guru juga tidak mengenalkan profesi-profesi yang lain, seperti sutradara, pengusaha, fotografer, dan banyak lainnya, dan juga guru tidak memerinci profesi tersebut. Hal tersebut juga yang membuat anak asal pilih dan tidak memiliki pilihan yang tepat untuknya dan yang sesuai dengan hobinya. Juga rata-rata anak akan berfikir cita-cita hanya dokter atau guru saja, karena anak kurang memiliki wawasan yang luas.

Sedikit bercerita tentang pengalaman teman saya, dulu temanku waktu masih TK pernah ditanya soal cita-cita, dan temanku dengan polosnya menjawab asal-asalan yaitu dokter, lalu waktu SD awal juga pernah ditanyai cita-citanya kelak apa? Dan temanku juga dengan asal-asalan menjawab guru.

Hingga temanku duduk di kelas 5 SD, temanku menonton tayangan televisi yang berjudul cita-citaku (sekarang sudah tidak ditayangkan kembali, dulu ada di Channel trans 7, mungkin anak yang kelahiran tahun 90 an pernah menontonnya) temanku baru mengetahui banyak macam cita-cita, terlebih lagi dalam tayangan tersebut cita-cita dari anak-anak tersebut rata-rata mengikuti orang tuanya atau saudaranya.

Hal tersebut yang membuatnya ingin bercita-cita menjadi pengusaha aneka olahan kedelai, karena pada masa itu ibunya membuka usaha membuat tempe dan susu kedelai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun