Filosofi kh agus salim yaitu beliau berasal dari kota gadang, sumatera barat, dan awal mula berdirinya republik indonesia, kh agus salim telah memegang peranya yang enggak kalah penting dibanding dengan tokoh pergerakan bangsa yang lainnya, Kiprah kh agus salim yaitu di pentas politik kemerdekaan dan sudah ada sebelum di era kemerdekaan.Beliau juga sudah terjun di dunia jurnalistik, dimulai pada tahun 1915, sebagai ketua redaksi.
kh agus salim juga menulis sebuah karya buku nya seperti riwayat kedatangan islam indonesia, Â dari hal ilmu al-quran dan mohammad voor en na de hijrah.
dan kh agus salim juga terjun ke dunia politik demi menggelorakan kemerdekaan indonesia yaitu sebagai pimpinan organisasi islam yang terbesar yaitu yang bernama serikat islam atau (SI)
Dan kh agus salim juga merupakan seorang cendikiawan muslim indonesia, beliau membantu meluruskan pandangan buruk mengenai islam, kh agus salim membantu menambanya pengetahuan kita mengenai seluk beluk islam.
Dan ada pula beberapa hal yang patut kita teladani dari cara agus salim melakukan dakwah nya. Yaitu beliau ini mampu berfikir secara rasional dalam menyikapi sebuah pesan-pesan agama, misalkan dalam hal puasa mengikuti waktu matahari terbit dan terbenam.
Dan dengan upaya pemikiran kh agus salim dalam kehidupan beragama sekarang ini bisa menjadi sangat penting, sehingga dapat menambahnya wawasan kita dalam mengkaji islam secara sempurna.
Serta pemikiran kh agus inilah yang selanjutnya bisa menjadi referensi kita untuk mendesain lagi mindset keislaman, serta dakwah islamiyah yang akan disampaikan pun dapat benar-benar bisa diterima oleh Lingkungan sosial atau masyarakat atau manapun, tanpa ngurangin esensi ajaran islam itu sendirinya.
Dan penggalan puisi tersebut diciptakan oleh kh agus salim yang berjudul "Tanah air kita" Yang berbunyi
Apa keikatan kita ?
Menyebuahkan usaha
Menjadi asas utama
Pada tujuan mulia
Tujuan kita bersama
Meninggikan derajat indonesia
(kh Agus Salim 1925)
Keteladanan dari kh agus salim ini yaitu prinsip beliau adalah untuk selalu tetap hidup sederhana dan mengabdi tanpa pamrih.
