Menyinggung tentang perkembangan duni, Panglima TNI menerangkan bahwa spektrum ancaman dan perang serta teknologi yang digunakan telah semakin kompleks. Seperti perang di Timur Tengah yang menggunakan alutsista canggih dengan memanfaatkan network centric warfare, tapi negara-negara itu masih harus menghadapi ancaman lain, termasuk di dalam negeri. Isu-isu rasial, separatis, kesenjangan sosial, perbatasan, serangan siber, bahkan perang dagang berupa pengenaan tarif tertentu terhadap produk negara lain harus dapat ditangani secara bersamaan.
Indonesia memang tidak menghadapi kondisi semacam itu, namun harus tetap berbenah untuk menghadapi bila ancaman itu tiba. Karena Indonesia adalah negeri yang sangat kaya dengan berbagai sumber daya alamnya dan sumber daya manusia yang sangat besar sehingga memiliki potensi tidak terhingga untuk dimanfaatkan dalam menciptakan kesejahteraan.
"Satu hal yang dapat mendukung ketahanan nasional yang kuat adalah soliditas dan    kekompakan segenap komponen bangsa dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan  bernegara", terang Panglima TNI.
TNI selaku bagian dari komponen itu perlu membina soliditas, sinergi, dan kekompakan, dari tingkat  pusat  sampai daerah. Ego sektoral dan premordialisme sempit harus dibuang jauh-jauh karena hanya dengan bersatu, bergerak bersama-sama, maka Indonesia akan dapat menjawab dan menghadapi setiap potensi yang mengancam kedaulatan, keutuhan, maupun keselamatan bangsa dan negara, ungkapnya.
Selain itu semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang diwariskan para pendiri negara ini harus terus kita pegang dan pedomani agar bangsa yang kaya dengan sumber daya  alam ini dapat menjadi bangsa yang besar, maju, dan disegani bangsa-bangsa lain di seluruh dunia.  Kesadaran  untuk  menghormati  dan menghargai perbedaan serta  menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan negara sebagai kepentingan yang lebih besar akan selalu  menjadi  simpul  strategis  pemersatu bangsa.
Diakhir amanatnya Panglima TNI berpesan, bahwa prajurit dan PNS TNI adalah bagian dari  komponen bangsa itu yang memegang peran  sebagai  bagian dari organisasi  TNI  serta anggota masyarakat.
"Laksanakanlah tugas dengan sebaik-baiknya karena tugas adalah kehormatan. Sesederhana apapun tugas dan peran itu sesungguhnya tidak lagi sederhana karena merupakan bagian yang  tidak  bisa terpisahkan dari peran TNI."
Tunaikanlah apa yang menjadi tanggung jawab masing-masing dengan tulus dan ikhlas karena pada hakikatnya hal tersebut adalah ibadah. Sebagai bagian dari masyarakat, prajurit dan PNS TNI harus menjadi komponen yang menyatu tak terpisahkan, bersifat membangun, membawa nilai positif, dan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Yakinlah apa yang saudara-saudara laksanakan akan membawa kebaikan kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara, pungkasnya.
Sementara itu, usai upacara bendera, Pangdam mengingatkan kepada seluruh peserta upacara, "Baru saja kita menyaksikan penyerahan bendera hitam, bendera yang identik dengan berkabung, kedukaan, pelanggaran dan hal-hal yang berbau dengan kejelekan." Hal tersebut merupakan bentuk dari reward dan punishment, dimana apresiasi dan penghargaan harus diberikan kepada mereka yang berhasil memperoleh prestasi erbaik dan yang paling banyak melakukan pelanggaran juga harus diberikan hukuman.
Kepada satuan yang mendapatkan bendera hitam, Pangdam berpesan untuk segera menginstropeksi diri agar dosa-dosa dan kesalahan yang terjadi selama ini tidak terulang kembali. Bacakan dosa-dosa yang dilakukan kepada seluruh anggotanya dan berjanji untuk berbuat yang terbaik serta berikan tindaka-tindakan yang mendidik dan membangun.
"Kedepan kegiatan seperti ini akan dilaksanakan setiap Triwulan dan akan dibacakan satuan yang menrima bendera hitam berikut dosa-dosa dan pelanggaran yang telah dilakukan", ujar Pangdam.