Mohon tunggu...
Elsa Fy
Elsa Fy Mohon Tunggu... Administrasi - :)

reading and writing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berita Kematian

30 November 2018   10:56 Diperbarui: 12 Desember 2018   21:27 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : unsplash.com/@jotalo

Belum lama setelah pulang dari les, hari itu teman sekelas saya memberitahu bahwa guru yang sempat mengajar dikelas kami, mengajar bahasa inggris setahun yang lalu sudah meninggal. Teman saya mengajak saya untuk melayat kerumah guru magang itu.  Bagaimana guru magang itu menjelaskan "Tense" dalam bahasa inggris dengan suara bertimbre berat masih tertinggal di kuping saya, jelas sekali. 

Mendengar berita kematiannya sekelebat sosok pria tinggi, jangkung , rambut ikal, mata besar dan daun kuping lebar itu menyeruak seperti tawon yang keluar dari sarangnya, ingatan tentang guru magang itu keluar satu persatu dari kepala.

Sementara ingatan tentang bagaimana baik dan murah senyumnya guru magang itu masih berhamburan keluar dari kotak memori, teman sekelas saya sudah didepan rumah. Ia ingin kami melayat bersama. Dalam hati bagaimana bisa guru magang itu mati dengan begitu mendadak, setahuku bahkan dia belum diwisuda. Setidaknya dia harus tamat kuliah dulu.

Sebelum berangkat sekolah, pagi-pagi ibu sudah memasukan beras kedalam wadah seperti piring lebar. Wadah itu dibungkusnya dengan taplak meja bermotif bunga-bunga dan  warnanya merah marun. Biasanya kalau sudah begitu ibu mau melayat, membawa beras kerumah duka yang sudah  menjadi tradisi di kampung saya. 

Walaupun sudah tahu, untuk memastikan siapa yang mati pagi itu aku bertanya lagi pada ibu. Mendengar jawaban ibu membuat tangan saya lemas, tangan saya menjadi sangat lelah hanya karena mengikatkan tali sepatu. Tangan saya gemetaran dan lemas membuat saya tidak mampu mengikatkan tali sepatu sebelahnya. Untuk mengatasinya tali sepatu itu aku masukkan kedalam sepatu. 

Takut menghadapi kenyataan, berharap apa yang diucapkan ibu saya hanya lelucon lalu saya pergi kesekolah dengan tanpa gairah. Saya dan ibu teman saya itu sangat dekat, ibu teman saya  mati dipagi yang berembun tebal. Tiga hari sebelum berita kematiannya saya masih mengobrol dengan ibu teman saya itu didapur ketika saya menemani dia memotong --motong Keladi untuk dijadikan sayur. Sepulang sekolah ibu teman saya itu telah ditanamkan ketanah. Ternyata bukan lelucon

Sengiat saya, ibu teman saya itu sehat bugar. Bukankah seharusnya orang mati itu harus ada penyebabnya, setidaknya masuk angin, kecelakaan, atau tulang ikan nyangkut dileher.

Pagi hari saya mendengar berita kematian ibu teman saya, sorenya guru magang kesayangan kami diberitakan mati juga . Sampai dirumah hampir jam delapan malam, ditengah lelah dan rasa tidak percaya bahwa hari ini dua orang yang saya kenal dekat mati mendadak.  Ibu saya sibuk menceritakan bahwa dia juga tidak percaya artis yang selama ini jingkrak-jingkrak, ketawa-ketiwi diatas panggung hiburan mati karena penyakit kangker yang diderita. Pikirku hal itu wajar karena sang artis memang terkena penyakit kangker ganas.

Masuk keruang tamu adik saya yang nomor dua sedang memutar video lagu yang orangnya sudah mati juga. Rasanya tidak percaya bahwa orang yang bernyanyi didalam video itu sudah tiada. Didalam video itu sang penyanyi terlihat bugar dan sangat antusias, tapi apa boleh buat kontraknya di dunia sudah habis. Betapapun hebatnya dia tidak bisa melawan kematian.

Bangsa mesir zaman dahulu mungkin seperti ibu saya dan saya merasa tidak akan percaya pemimpin mereka Raja Firaun yang begitu hebat, berkuasa akhirnya meninggalkan mesir juga, meskipun raganya diawetkan dan masih di Mesir sampai sekarang.

Di Indonesia cerita raja-raja nusantara yang begitu hebat, berkuasa dan disegani sekarang hanya dapat saya baca dalam buku-buku sejarah.Ketika membaca sejarah tentang raja-raja tersebut jika dibadingkan dengan zaman sekarang terkesan seperti dongeng pengantar tidur, tapi benar adanya.  Apa boleh buat raja- raja hebat itu masanya didunia sudah habis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun