Sepertinya takdir tuhan, berkesempatan duduk dibangku kuliah plus beasiswa karena orangtua kurang mampu membiayai. tidak patah semangat!
Lebih dari tujuh tahun saya hidup di kota meninggalkan tempat lahir yaitu desa, berpindah ke kota bukan karena ingin kaya, yaa sebenarnya ingin kaya juga "kaya ilmu bahasa kerennya" tetapi saya masih jauh dari kata "kaya ilmu"
Semenjak bangku SMA saya mulai meninggalkan rumah, demi bisa sekolah kembali seperti teman saya yang lain pun saya juga ada hak untuk berpendidikan. Heheee
Alhasil... setelah lulus SMA memang terbesit kata "kuliah" di benak saya waktu itu, sejadi-jadinya wis.. saya pasrah sama gusti Allah. tidak disangka saya diterima di salah satu universitas negeri.Â
Orangtua saya masih tidak percaya dan berat akan pesangon buat makan dan lain sebagainya. Akan tetapi lagi-lagi ada orang berbaik hati, yang menunjang biaya makan waktu itu.. sebelum beasiswa cair.. rencana tuhan begitu indah.
Selang beberapa tahun saya lulus dan memutuskan untuk pulang kampung. beberapa bulan saya nganggur dan jualan kecil-kecilan. dan tidak disangka saya dihubungi untuk bimbel karna ada yang membutuhkan jasa tersebut.
Selang beberapa bulan saya mulai menekuni, apa yang saya dapatkan waktu kuliah saya terapkan.. dan sekaligus belajar lagi dan lagi. Anak-anak tetangga mulai privat dan mereka beda-beda kelasnya. saya juga ikut belajar karena basic saya anak usia dini. hehee.. bukan usia sekolah dasar.
Dari situlah muncul kata-kata yang seharusnya tidak dikatakan, dan tentu tidak saya dengarkan. Baper karena terkesan "kok bisa ya orang ngomong seperti itu, padahal saya yang kerja" saya pikir tetangga saya baik-baik saja, saya pun juga tidak pernah pamer kalau saya sarjana.Â
Toh kalau yang saya lakukan baik kenapa tidak. asal tidak merugikan orang sekitar. saya pun juga berpikir untuk menjadi bagian masyarakat yang bermanfaat.Â
Semangat, salam dari desa.Â