Mohon tunggu...
Ell Nur
Ell Nur Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

USA: "This Man Must be Stopped", Jokowi Harus Dihentikan

14 Juni 2018   03:45 Diperbarui: 14 Juni 2018   04:17 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu "tugas" Amerika Serikat di kawasan Asia Tenggara adalah menjaga "kestabilan" kawasan. Kawasan ini terletak di posisi yang sangat strategis. Salah satunya adalah Indonesia, yang merupakan Negara terbesar di Asia Tenggara dan Negara Kepulauan terbesar di dunia yang terbentang dari Ujung Sumatera hingga Papua. Bagi Amerika kestabilan Indonesia adalah kestabilan Asia Tenggara dan sekitarnya, oleh karena itu penting bagi AS untuk tetap menjaga "kestabilan" Indonesia. 

Jika terjadi geliat di Indonesia, maka AS akan menjaga Indonesia tetap "stabil". Oleh karena itu sejak kemerdekaan, AS terus terlibat didalam Indonesia. (lihat tulisan saya tentang Keterlibatan AS di Indonesia sejak kemerdekaan).

Kestabilan yang dimaksud AS adalah tetap menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang aman dan tidak hancur, tetapi juga menjadi Negara yang perkembangannya tidak boleh melebihi Negara-negara sekutu AS di Asia Tenggara seperti Singapura dan Australia. Hanya boleh sejajar dengan Philippina ataupun Thailand, oleh sebab itu AS terus terlibat aktif dalam perannya menjaga "kestabilan" Indonesia. salah satu bentuknya adalah terlibat dalam setiap penggantian pimpinan negeri ini.

"Big, beautiful, rich, and dumb", itulah gambaran Indonesia bagi AS. Tahun 2014 adalah tahun pergantian pimpinan negeri ini, ada dua calon yang bertarung, yaitu Prabowo Subianto yang seorang mantan Jendral, mantan menantu orang terkuat di Indonesia Presiden Suharto, yang juga anak dari tokoh ekonomi Indonesia yang berpengaruh, pendeknya Prabowo adalah salah satu elit Indonesia. 

Kedua adalah Joko Widodo atau lebih popular dengan nama Jokowi, seorang pengusaha kayu, mantan walikota Solo dan Gubernur Jakarta, bukan keturunan tokoh terkenal apalagi dari kalangan elit negeri ini. Itulah 2 calon presiden Indonesia setelah era SBY.

Tidak sulit bagi AS saat itu untuk menjatuhkan dukungan. Prabowo adalah tokoh elit yang memiliki kapasitas pantas untuk menjadi Presiden, sosoknya gagah, wajahnya oke, dari keluarga terpandang, kecerdasannya tampak dari cara bicaranya, kemampuan mengolah kata ketika berpidato juga hebat, kaya raya, ditambah jargon politiknya yaitu menjadi macan Asia, pendeknya sosok pilihan bagi kebanyakan rakyat Indonesia. 

Jokowi tampak lemah dengan sosoknya yang kurus, tampangnya (maaf) bloon, kemampuan bicaranya pas-pasan, tidak tampak hebat dalam mengolah kata, meskipun juga cukup kaya dan track record dalam mengelola pemerintah dianggap berhasil, pendeknya adalah sosok yang tidak ada wibawanya dan "dumb" tapi beruntung. Bagi AS inilah sosok yang cocok untuk menjadi presiden Negara sebesar Indonesia, orang yang pasti gampang "diarahkan" untuk mendukung hegemoni AS di kawasan Asia tenggara, maka AS mendukung Jokowi untuk menjadi presiden Indonesia, dan berhasil.

Euphoria dukungan langsung ditunjukan, presiden Obama menelpon Jokowi untuk mengucapkan selamat secara langsung, termasuk ucapan-ucapan selamat dari Negara "sahabat" yang notabene adalah sekutu AS. Tentu saja dalam hati mereka bersorak,, hore aman dan tenang deh asia tenggara. Bisa dibayangkan jika "macan asia" yang memenangkan pertarungan.

Seiring berjalannya waktu, ketika tiba pemilihan kabinet, lagi-lagi mereka bersorak ketika diangkatnya sosok perempuan selengean dan nyentrik bukan anak sekolahan untuk menduduki jabatan strategis yang menjadi salah satu unggulan Presiden Jokowi yaitu mentri kelautan dan perikanan, buat mereka, presiden Indonesia kali ini memang benar-benar "katrok". Bahkan ditanah air pemilihan beliau sempat menjadi gorengan terutama untuk penganut nyinyirisme. 

Meskipun sosok inipun bukan orang sembarangan karena merupakan salah satu pengusaha terpandang di Indonesia. Tetap saja pemilihan bu Susi bukan merupakan hal yang umum, kecuali dilakukan oleh presiden "katrok".

Sorak-sorai itu perlahan surut, ketika gebrakan mentri susi dianggap "gila", mendobrak sana sini, dipicu dengan penenggelaman kapal yang dipublikasikan secara masif. Melalui mentri-mentrinya Jokowi terus melakukan gebrakan, terutama di bidang infrastruktur yang digawangi mentri Basuki Hadimulyono. Perlahan namun pasti Indonesia menggeliat, memang belum terlihat, tetapi hal ini sudah dapat dibaca oleh AS. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun