Mohon tunggu...
Ellysa Risnawati
Ellysa Risnawati Mohon Tunggu... Guru - Penikmat Sastra dan Pelaku Pendidikan.

Saya adalah seorang guru Bahasa Indoneisia di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan di Kecamatan Ngawen, Blora. Saya senang sakali jika dapat berbagi pengalaman dan sharing seputar dunia pendidikan, khususnya bidang Bahasa Indonesia. saya juga penikmat karya sastra Novel dengan berbagai gender. Bagi saya novel adalah media imajinasi saya memahami kehidupan sosial dengan berbagai macam problematika yang ada di dalamnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendidik Perempuan di Era Milenial

10 Desember 2022   23:37 Diperbarui: 11 Desember 2022   00:21 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perempuan menurut Kamus Besar Bahasa Indobesia (KBBI) diartikan sebagai orang (manusia) yang mempunyai puki, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui; wanita. Bilamana kita mengartikan begitu saja tanpa melihat keseluruhan nilai dari perempuan tentu penilaian yang kita dapatkan adalah perempuan sebagai objek hidup tentunya yang bisa menstruasi, bisa hamil, bisa melahirkan, dan bisa menyusui. Pengertian ini tentu tidak salah jika dikembalikan pada kodratnya. perempuan ditakdirkan memiliki ke-4 keistimewaan tersebut dimana ke-4 nya adalah rangkaian seorang perempuan untuk melahirkan cikal bakal penerus kehidupan sekaligus peradaban.

Peran perempuan di dalam kehidupan ini tentunya menjadi pilar yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh penelitian maupun uji coba ilmiah secanggih apapun. Keistimewaan perempuan adalah pemberian Tuhan dengan segala cintanya menjadikan perempuan (sebenarnya) adalah sebagai sosok yang suci, terhormat, lembut, indah, dan dan semua hal yang baik pada dirinya. Perempuan dengan julukan (idaman) menurut pandangan sebagaian besar orang Indonesia adalah dia yang cantik, tinggi, berkulit cerah, bertubuh langsing, berpendidikan, dan pintar memasak (tentunya). Padahal kembali lagi ke dalam fitrahnya perempuan juga manusia biasa. yang berhak dan bebas mengekspresikan emosi dan perasaanya.

Jaman yang serba maju, serba cepat, dan serba teknologi seperti sekarang ini yang sering disebut oleh kaum milenial dengan sebutan Gen Z membuat perempuan berefolusi menjadi sosok yang berpikir cerdas dan lebih bebas mengemukakan pendapat, serta menentukan arah hidupnya tanpa bayangan laki-laki. Di negara-negara barat perempuan sudah banyak yang menganggap pernikahan itu tidak penting karena merasa jika dia berada pada sebuah komitmen dan terjadi hal yang buruk dalam kehidupan rumah tangga, maka pihak yang paling dirugikan adalah perempuan. Bahkan beberapa waktu ini muncul istilah "childrenfree". sebuah fenomena di mana pasangan yang sudah menikah memutuskan untuk tidak pernah memiliki keturunan. fenomena tersebut tentunya membuat fungsi perempuan sebagai sosok yang bisa melahirkan menjadi tidak berfungsi lagi.

Beberapa faktor yang menyebabkan perempuan memilih untuk tidak menikah/chidrenfree adalah tingkat kekerasan dalam rumah tangga yang tinggi. di Indonesia CATAHU 2020 mencatat 431.471 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani sepanjang tahun 2019 yang besarannya naik 6% dari tahun sebelumnya (406.178 kasus). Kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan ini terdiri dari: 1). 14.719 kasus yang ditangani oleh 239 lembaga mitra pengadalayanan yang tersebar di 33 Provinsi, 2). 421.752 kasus bersumber pada data kasus/perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama, dan 3) 1.277 kasus yang mengadu langsung ke Komnas Perempuan. Faktor kekerasan ini tentu menjadi ironi jika melihat kita hidup di jaman yang modern di mana issue gender sudah tidak pantas lagi dibicarakan. Selain kekerasan faktor lain adalah adanya pemikiran jika perempuan memiliki keturunan akan menghambat karir yang dimiliki. Penelitian yang dilakukan Accenture menyebutkan sejumlah hambatan terbesar yang dialami perempuan dalam meningkatkan kariernya. Di antaranya Ada sekitar 20 persen eksekutif perempuan yang mengakui bahwa karier mereka terhambat ketika sudah berkeluarga dan punya anak. Hal ini disebabkan karena perempuan kesulitan mengatur keseimbangan waktu antara pekerjaan dan keluarga.

Perempuan yang memutuskan tidak menikah ataupun childrenfree tentu akan menjadi polemik yang tak berkesudhakan jika permasalahn ini diangkat di tingkat Nasional. Namun di sini saya sebagai penulis tentu bisa mengungkapkan pendapat saya sebagai perempuan yang memandang perempuan dari sisi religius saya. Perempuan bagi saya adalah manusia biasa sama seperti laki-laki yang boleh berpendapat dan memutuskan yang terbaik bagi kehidupannya. Namun demikian ada faktor penting yang harus dipertimbangkan lagi jika memang perempuan ingin mengikuti arus modern dengan memutuskan untuk tidak menikah&tidak memiliki keturunan. Faktor tersebut adalah pendidikan tentu saja. Perempuan harus setidaknya terdidik baik dari segi formal maupun non formal sekaligus religius. Dengan demikian wawasan yang dimiliki oleh perempuan akan mendorongnya untuk membuat keputusan dengan baik dan bijak tentunya hal ini tidak bisa diraih jika untuk mendapatkan pendidikan saja perempuan masih menadpatkan tindakan diskriminasi. Melalui pendidikan perempuan akan mendapatkan kesempatan belajar seluas-luasnya, selain itu perempuan akan mendapatkan kesempatan untuk berlatih skill yang dibutuhkan dalam kehidupan, serta perempuan akan mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi dengan banyak nara sumber untuk mendapatkan dan mengolah informasi agar dapat mengaktualisasikan dirinya.

Pendidikan adalah jalan bagi perempuan untuk dapat menjaga kualitas diri yang mencakup pikiran, kejiwaan, psikologi, maupun pandangan untuk memutuskan dan mengambil kebijakan. Sangat penting jika perempuan mendapatkan pendidikan paket lengkap tentunya yaitu pendidikan formal, non formal, sekaligus pendidkkan religius. Menggabungkan ilmu dunia dan ilmu akhirat tentu saja akan menjadi baik bagi kaum perempuan untuk nantinya melahirkan peradaban yang memang beradab. Manusia modern seharusnya berhenti menggap perempuan hanya objek, atau pelengkap, bahkan pemanis bagi kehidupan laki-laki. saya tidak pernah bilang perempuan adalah makhluk suci yang tidak pernah salah. Tentu saja perempuan juga bisa saja melakukan kesalahan karena kembali ke fitrah perempuan adalah manusia biasa yang tentunya memiliki banyak sekali kekurangan. Untuk itu pendidikan 3 pilar yang menggabungkan pendidikan formal, non formal, dan religius akan membentuk kaum perempuan menjadi kaum yang bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Pendidikan tidak hanya bisa didapatkan di sekolah. Kita bisa memulai pendidikan untuk perempuan mana pun di rumah. Ibu yang menjadi role mode untuk anak perempuan, ayah yang menjadi guru dan dan pelindung untuk anak perempuannya, kakak dan adik yang mengajari bagaimana saling menyayangi, teman yang bisa berkomunikasi dan saling bertukar pikiran, guru yang mengarahkan tujuan masa depan, dan suami sebagai parner seumur hidup yang tentunya harus bisa memimpin, mendidik, merawat, sekaligus mendoakan agar perempuan (sekaligus istri) akan menjadi sosok yang juga bisa berperan positif di dalam kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun