Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berpeganglah Selalu pada Ajaran Islam yang Mulia

23 Juli 2020   18:37 Diperbarui: 23 Juli 2020   18:26 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia pada hakikatnya adalah umat yang satu. Kemudian Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 213)

Kita mengetahui bahwa Allah mengutus seluruh nabi, sejak Nabi Adam sampai Muhammad SAW dengan membawa misi yaitu  memberi kabar gembira dan memberi peringatan kepada kita semua untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan segaris dengan kehendakNYA. 

Misi itu tentu saja ditujukan agar orang-orang patuh dan taat menjalankan perintah dan menjauhi laranganNYA. Para nabi itu juga tak henti-hentinya mengingatkan bahwa orang yang keluar dari perintahNYA akan menerima siksaan di akhirat.

Misi yang diemban para nabi itu tentu saja ditujukan untuk tata kehidupan yang baik. Semua nabi selalu mengingatkan agar umat mencegah kerusakan dan menghindari perselisihan antar sesama. 

Sering kita baca bahwa pada saat itu banyak bagian dunia yang umatnya sering mengalami perselisihan bahkan perang antar suku dan golongan karena masalah sepele. Moral yang merosot dan belum adanya tatanan sosial yang jadi pegangan (aturan) inilah yang membawa Muhammad menuju kerasulannya. 

Sebenarnya kondisi yang terambar di atas nyaris sama dengan masa kini, malah lebih kompleks. Kita seringkali bertikai untuk masalah-masalah yang seharusnya bisa diselesaikan dengan mudah tanpa harus ada pertumpahan darah atau berkepanjangan. Contoh kekinian adalah bagaimana politik ditunggangi oleh agama sehingga konflik terjadi dan dampaknya sangat dalam. 

Empat tahun berlalu dari pilkada Jakarta dan kita merasakan anak-anak kecil yang dulu tumbuh dari rasa benci terhadap umat (agama) lainnya memanifestasikan kebenciannya itu sampai pada masa kini melalui media sosial. Jika di masa lalu pertikaian itu menimbulkan pertumpahan darah, namun pada masa kini dampaknya pada rasa benci yang dalam dan berkepanjangan.

Jika kita mengingat cuplikan ayat diatas maka itu adalah satu peringatan Allah kepada kita agar senantiasa mengingat kembali asal usul kita. Yaitu jika kita berada di titik konflik maka kita harus membuka nurani dengan mengingat kembali asal mula kita yaitu berasal dari umat yang satu yaitu keturunan nabi Adam, dan jika kelak kita mati akan kembali ke tanah. 

Makna ini sangat dalam yaitu di mata Allah kita semua sama, setara dan tidak ada perbedaan yang hakiki satu sama lainnya. Perbedaan yang ada mungkin adalah soal cara. 

Sehingga jika kita berlandaskan pandangan ini maka perbedaan bukan masalah (untuk berbuat baik dan menjalankan fitrah sebagai manusia) tapi sebaliknya perbedaan harus kita lihat sebagai rahmat yang dikaruniakan Allah. 

Kita bisa melihat saat nabi Muhammad memulai dakwahnya di Madinah, beliau membuat piagam kesepakatan yang dinamakan piagam Madinah yang didalamnya Nabi juga emnegaskan "manusia pada hakikatnya adalah umat yang satu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun