Ketika kumandang adzan bergema, jutaan muslim berduyung-duyung ke masjid untuk menunaikan ibadah. Masjid telah mampu menjadi tempa bagi semua muslim, yang memang tinggal disekitarnya, atau yang sekedar lewat, atau yang memang sengaja ingin beribadah di masjid tersebut.
Dan dalam sejarahnya, masjid juga mampu mengadopsi prinsip-prinsip toleransi melalui perpaduan arsitekturnya. Tidak hanya unsur Islam, unsur Hindu dan Budha bisa kita temuka dalam masjid-masjid peninggalan masa lalu. Bahkan, masjid yang berarsitektur seperti gereja juga bisa kita temukan di Indonesia. Inilah bentuk dari toleransi, saling menghargai dalam keberagaman.
Dan setiap orang diperbolehkan menjadi imam atau penceramah di dalam masjid. Karena para prinsipnya masjid dan tempat ibadah pada umumnya bersifat terbuka, masjid bisa menjadi tempat bagi siapa saja.
Sayangya, dalam perkembangannya keterbukaan masjid ini disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu yang ingin menyebarkan bibit radikal. Dalam temuan Badan Intelijen Negara (BIN) beberapa pekan lalu disebutkan, bahwa ada 41 masjid yang diduga telah terpapar radikalisme. Hal ini terlihat dari konten ceramah yang dilakukan oleh para pencemarah di masjid tersebut, yang menyebarkan bibit radikalisme.
Belakangan di media sosial kembali ramai, bahwa pemerintahlah yang dianggap menyebarkan hoax tentang masjid radikal. Karena tidak ada masjid yang radikal. Dan temuan BIN tersebut dianggap menciderai umat muslim yang mayoritas ada di Indonesia.
Mari gunakan akal sehat kita masing-masing. Mari kita jangan saling mengadu domba, jangan saling mencari kesalahan. Tentu temua itu bukan bermaksud untuk menjelekkan ataupun mendiskreditkan masjid. Mari kita jadikan temuan tersebut sebagai peringatan, agar kita tetap waspada dari segala bentuk penyebaran intolenrasi dan radikalisme.
Ingat, intoleransi dan radikalisme telah membuat kerukunan antar umat yang selama ini terjalin jadi tercerai berai. Indonesia jelas bukan negara Islam meski mayoritas penduduknya beragama Islam. Indonesia adalah negara beragama, seperti yang juga mengakui Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Bahkan masyarakat yang tinggal di pedalaman, mungkin masih ada yang masih menganut aliran kepercayaan. Biarkanlah keragaman ini tetap terjaga. Karena keragaman yang ada di Indonesia ini merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita semua.
Jangan lagi sebarkan bibit kebencian dimanapun, termasuk di dalam masjid. Siapapun yang ada di dalam tempat ibadah, harus bisa merangkul semua pihak. Ingat, kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dilengkapi akal dan pikiran. Sudah semestinya kita bisa memilah mana baik mana buruk. Jika kebencian, intoleransi, radikalisme, khilafah dan terorisme atas nama apapun terus digulirkan, berpotensi memicu terjadinya konflik ditengah masyarakat.
Lihatlah sejarah penyebaran Islam dimanapun. Tidak pernah dilakukan dengan cara-cara yang salah seperti menebar kebencian. Dari cara yang dilakukan Rasulullah SAW hingga Wali Songo di tanah Jawa, dilakukan dengan cara yang santun. Karena itulah, mari kita tetap jaga sopan santun ini, baik dalam bentuk ucapan ataupun tindakan. Salam.