Mohon tunggu...
eli kristanti
eli kristanti Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris

suka fotografi dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Musyawarah dan Indahnya Kebesaran Hati

3 April 2018   17:05 Diperbarui: 3 April 2018   17:58 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hati manusia berubah-ubah Sekarang marah, mungkin lusa sudah reda bahkan lebih sayang kepada kita. Dan sebaliknya. Karena itu jangan mendendam atau benci berkepanjangan.

Munculnya media sosial dalam satu dekade ini rupanya mempengaruhi perilaku dan emosi orang dalam menghadapi sesuatu. Orang menjadi lebih pemarah dan melampiaskan kemarahan mereka melalui media sosial tanpa mengindahkan perasaan orang yang disasar kemarahannya itu (obyek).

Kemarahan yang sederhana membawa dua implikasi yaitu emosi obyek kepada subyek dan rasa malu kepada orang lain karena kemarahan itu melalui media sosial.

Media sosial juga menciptakan suatu perasaan suka (yang sering berlebihan) kepada seseorang atau satu pihak atau sangat tidak suka terhadap pihak lainnya. Atau sama saja dengan fanatisme dan antipati. Seringkali perdebatannya di medsos menjadi tidak sehat karena menampakkan gerakan massif yang berlebihan.

Orang bisa menjadi jatuh cinta sekali atau mabok kepayang (fanatik) atau menjadi benci sekali kepada seseorang. Kadang sesuatu menjadi barang olok-olokan yang mungkin disebabkan oleh persoalan remeh temeh. Akibatnya orang menjadi sangat jauh dari orang lain karena perbedaan yang tak terlalu prinsip. Atau terkadang orang yang tak saling kenal berubah menjadi dekat karena rasa fanatisme yang berlebih.

Dalam kondisi ini sering etika-etika dikesampingkan padahal sebagai orang Indonesia kita sangat bersandar pada nilai kesantunan. Masyarakat Indonesia sangat mengedepankan harmoni dalam kesehariannya. Sangat jarang bagi mereka untuk mau berkonflik secara terbuka untuk menghindari hubungan yang memburuk.

Kita seyogyanya mencari sosusi atas perbedaan pendapat itu dan bukan memperparahnya dengan memperlebar perbedaan itu di media sosial. Karena seringkali media sosial membuat semua perkataan menjadi sampah dan tidak layak kita nikmati maupun kita konsumsi.

Selayaknya kita mencari solusi dengan prinsip-prinsip musyawarah untuk mencapai mufakat. Musyawarah untuk mencari solusi atau titik temu . Biasanya, meski menyangkut hal-hal yang sulit sebuah persoalan bisa terpecahkan dengan bantuan musyawarah. Musyawarah menuntut kebesaran hati untuk berdialog demi mencapai kesepakatan dan kepentingan bersama.

Musyawarah sudah lama menjadi fondasi penting keberlangsungan negara Indonesia. Indonesia dibangun degan kebersamaan, toleransi, harmoni dan kedamaian, jauh dari rupa-rupa caci maki , hujatan dan rasa benci berkepanjangan. Kedamaian, mufakat dan harmoni jelas lebih bermartabat dibanding dendam, dan nafsu saling menyalahkan serta menyerang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun