Mohon tunggu...
Muhammad Taufik Rahman
Muhammad Taufik Rahman Mohon Tunggu... -

Sederhana. Radikal. Mencerahkan. Insya Allah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hizbut Tahrir Ancam Eksistensi Muhammadiyah?

22 Mei 2013   12:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:12 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hizbut Tahrir Indonesia kelihatannya lagi gencar mencari kader di Muhammadiyah. Indikator dan pola gerakannya sama di semua wilayah. Masuk sekolah Muhammadiyah, masuk masjid Muhammadiyah, bawa pulang kader. Gratis. Sasarannya, konon, anak-anak muda Muhammadiyah yang masih mudah galau dan sedang ngga ada kerjaan. (Atau terlalu sibuk cari makan di Muhammadiyah?). Menurut saya, ini sih mirip-mirip gerakan PKS di zaman jahiliyah dulu. Kalau niat dan tujuan HTI ngajarin anak-anak Muhammadiyah ngaji, qunutan, tahlil, shalawatan, menurut saya baik dan bukan masalah besar. Saya setuju. Sahih itu. Sehat. Mencerahkan. Insya Allah.  Apalagi di sana masih banyak anak-anak IPM yang habis shalat langsung ngacir main gundu. Alasan bapaknya, anak muda emang ngga boleh kebanyakan zikir sampe lupa waktu. Lebih baik langsung amal ilmiah. Ilmu amaliah. Meskipun iman agak kering...  yang penting kan main proyek bencana alam, eh gundu, tetap lancar. Yaa, namanya juga masih anak-anak. Masalahnya, HTI bukannya ngajarin bagaimana meningkatkan kualitas keimanan dan keinsyafan anak-anak Muhammadiyah itu, tapi malah ngajarin berpolitik praktis. Meskipun sebenarnya agak mbulet. HTI ngga nawarin nomor urut caleg, ngga nawarin kaos kampanye, ngga nawarin perbaikan gizi, juga ngga nawarin Din Syamsudin jadi calon tunggal Presiden RI tahun 2014.  HTI malah sibuk muter-muterin ayat al- Quran untuk turunkan BBM dan revolusi. Ya ndak kena. Anak-anak muda itu justru lebih lancar muter-muterin masalah. HTI (katanya sih) , janjinya cuma mau ngajak anak-anak Muhammadiyah masuk partai yang benar-benar Islami dan Syar'i. Dari beberapa yang berprestasi, nantinya akan diajak magang jadi TKW di luar negeri. Sayangnya, ngga ada satupun anak-anak muda itu yang  dijanjiin HTI masuk tipi kayak aktifis Nasdem dan Hanura. Apa HTI lupa? Anak-anak muda itu kan butuh aktualisasi macam kakak mereka, Rofiq, Mantan Sekjen Nasdem yang akhirnya kesampaian jadi artis di Metro tipi. Sebagian ada juga lho, yang mau  tenar lillaahi ta'ala kayak Uje. Meskipun sesungguhnya, lebih banyak lagi yang mau jadi Zainuddin MZ dan Rhoma Irama. Bisa kawin banyak kalee???? He he he.. Gerakan anti HTI rupanya juga mulai marak seiring agresifitas HTI di masjid-masjid Muhamamdiyah.  Bahkan saya sempat didatangi salah satu pengurus masjid Muhammadiyah di Indonesia Timur yang dengan semangatnya bertanya, "Gimana nih bang cara memberantas gerakan HTI di Muhammadiyah?" Saya justru kaget, "Emang kenapa harus diberantas? Emang mereka nyamuk?" Nah, Pak IMaM (nama beliau), dengan lugunya menjawab begini, " Ya ndak gitu bang. Kita kan ngga enak sama Pak Amien dan Pak Udin." Saya malah penasaran, "Emang apa hubungannya dengan Pak Amien dan Pak Udin?" IMaM malah nyerocos ngga pake aling-aling, "Mosok abang ngga tahu, kalau anak-anak Muhammadiyah masuk Partai HTI, gimana dong nasib PAN, partai yang didirikan pak Amien Rais? Kalau mereka milih Ruhut Sitompul jadi Presiden, kasihan kan Pak Udin Syamsudin. Suaranya untuk nyalon jadi Presiden tahun 2014 nggembos. Malu juga lah, kalau sampe si Ruhut bisa ngalahin Pak Udin. Apa kata dunia?" Ehhh, saya potong, "Ente serius?" IMaM dengan entengnya menjawab, "Ngga bang, becanda.... Soalnya caranya HTI ngga cantik sih..." Halah. Saya kejar lagi Si IMaM, "Terus masalahnya di mana MaM? Apakah kita harus membubarkan gerakan HTI di masjid-masjid Muhammadiyah gara-gara caranya ngga cantik? Parameternya harus jelas kalau mau usir orang di Masjid. Nanti malah kalian yang dituduh lebih parah dari HTI, Ngga maen-maen loh judul berita di media massa nanti.... "Anak-anak Muhammadiyah Bubarkan Konser HTI di Masjid (Lagi). Diduga Jaringan Sel Ahmad Fathanah!!" Tambah runyam ga urusannya? Kalian kan bukan FPI. " "Mereka sekarang sudah sering banget pake masjid untuk ngompori kader-kader muda bang," Sambung IMaM resah. "Emang pengurus masjidnya pada kemana MaM?, Kata saya menyelidik. "Lah. Kan, emang di sana jarang ada yang sten bey bang? Kita kan ndak bisa bagi konsentrasi terlalu banyak antara mikir masjid dan mikir amal usaha? Prioritas harus jelas." "Yah. Ente ini MaM. Ngeributin HTI masuk masjid, tapi pengurus masjidnya malah jarang ke masjid. Gimane sih loh?" Gerutu saya setengah kesal. "Tapi kan mereka ngomong politik di masjid bang?,  Sela IMaM. Saya malah bingung, "Loh, bukannya ceramah Ustad - Ustad Muhammadiyah di Masjd juga sering mengkritik kebijakan SBY? Itu kan juga bagian dari berpolitik? Saya dengar, itu malah disebut oleh Godfather Muhammadiyah sebagai "High Politics." Bukankah High Politics itu artinya berpartisipasi politik di Masjid dan pengajian tanpa harus berpolitik di jalur Parpol dalam sistem politik Indonesia yang diakui undang-undang? Mana yang salah? Bukankah HTI justru melestarikan High Politics Culture di masjid Muhammadiyah yang sejauh ini hampir mati seiring kekalahan Amien Rais jadi Presiden tahun 2004?" Nah. Si IMaM yang akhirnya sekarang galau. Mungkin habis kata-kata untuk cari dukungan saya memberantas HTI di masjid. Saya sih ngga habis mikir. Kok susah banget menghidupkan demokrasi, bahkan di dalam masjid. Kenapa semua tiba-tiba jadi phobia sama HTI. Kenapa tidak biarkan saja kader Muhammadiyah memilih jalan hidup dan jodohnya masing-masing? Bapak-bapak itu kan juga sudah pernah muda? (Lagunya BCL). Lebih baik, menurut saya lho. Biarkan HTI dan PKS memilih calon kader mereka. Bahkan sampai ke lorong-lorong tergelap di bawah tanah. Kalau sampai ada kader Muhammadiyah yang rela dan ikhlas  diculik Kopassus, maaf - maksud saya diculik HTI, tentu itu bukan kader. Kader adalah kerangka inti organisasi. Agak aneh kalau ada kader yang ribut karena takut diculik. Justru kader Muhammadiyahlah yang harusnya lebih berani menculik kader HTI. Kawinin kalo perlu!.  Tapi inget jang, jangan dimaenin ntu anak orang. Dosa. Bukannya kawin silang (meskipun secara politik - macam anak Hatta Radjasa dan SBY), justru melahirkan kualitas keturunan yang lebih baik ? Kenapa harus setuju jeruk makan jeruk? Dan kenapa kader Muhammadiyah harus berpolitk dalam satu partai? PAN saja, yang katanya merupakan satu-satunya wadah aktualisasi politk kader-kader muda progresif Muhammadiyah, tidak becus menegakkan hukum. Masa anak menteri nabrak orang sampe mati 3 orang, cuma dihukum 6 bulan penjara ngga pake nginep? Emang PAN bisa ape? (Wah. udah jauh ni). Bagi saya, jiwa dan semangat kader untuk membangun Muhammadiyah tidak akan pernah pudar. Apalagi punah. Trus, apalagi yang harus dikhawatirkan dari HTIsasi?, Wong agama-agama minoritas di Indonesia yang sering dibubarkan ibadahnya macam jemaat GKI Yasmin aja tidak pernah ribut Islamisasi toh? Masjid Gede Kauman, 20 Mei 2013.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun