Saya mengawali debut menulis di Kompasiana tahun 2015.  Itu pun secara tidak sengaja. Saya menemukan platform blog ini dari lapak teman FB, Mas Robbi Gandamana yang membagi tautan artikelnya. Dari mengklik  link Mas Robbi itulah saya mengenal Kompasiana, berselancar dan menyimak berbagai artikel yang tayang di sana. Dan sungguh di luar dugaan, dari pandangan pertama itulah saya langsung jatuh cinta kepada Kompasiana.
Selama ini saya memposting tulisan-tulisan saya hanya di FB saja. Maka saya mulai mencari tahu bagaimana agar saya bisa bergabung di rumah besar yang membuat mata saya terpukau itu. Beberapa ketentuan mulai saya pelajari, dan alhamdulillah, registrasi saya berhasil. Resmilah saya menjadi penghuni baru Kompasiana pada hari itu juga.Â
Menemukan Komunitas Bolang
Menginjak bulan ketiga, saya mengikuti event yang digelar oleh Fiksiana Community di Kompasiana yakni menulis Fiksi Bersambung. Saya behasil menjadi pemenang. Dari kemenangan itulah saya mengenal banyak teman, salah satunya Mbak Desol. Mbak Desol kala itu menjadi panitia event sekaligus juri. Dia menawarkan kepada saya untuk memilih sendiri hadiah atas kemenangan saya. Beberapa judul buku disodorkan kepada saya. Salah satunya adalah buku Mbak Desol sendiri. Tentu saja saya tidak menyia-nyiakan tawaran ini. Saya memilih bukunya Mbak Desol.
Pertemanan kami terus berlanjut. Apalagi kami ternyata tinggal dalam satu kota. Kami jadi sering ngobrol lewat WA. Suatu hari Mbak Desol menyampaikan unek-uneknya, bahwa ia ingin menyalurkan bantuan sosial bagi orang-orang yang kurang beruntung. Kebetulan saya sudah lama ikut berkecimpung mendampingi adik-adik dari yayasan yatim piatu---ada 2 yayasan yang sering saya kunjungi, maka saya menyodorkan proposal kepada Mbak Desol. Alhamdulillah Mbak Desol menyetujui.
Dari situ Mbak Desol memperkenalkan saya kepada Komunitas Bolang (Blogger Kompasiana Malang), dan meminta saya untuk bergabung. Dengan senang hati saya terima tawaran itu. Saya bersyukur, bersama Bolang kegiatan positif terus bergulir. Kami secara rutin mengadakan bakti sosial ke yayasan-yayasan yatim piatu dan orang-orang kurang beruntung. Kami menyebutnya Bolang Berbagi Kasih.
Sungguh tidak menyangka, terdamparnya saya di rumah literasi Kompasiana, membawa saya sampai sejauh ini. Lagi-lagi tak bosan saya katakan, saya hanyalah Emak-emak biasa yang sebelumnya hanya menulis untuk saya simpan sendiri di file. Tapi sejak bergabung di Kompasiana, saya belajar konsisten memposting tulisan-tulisan fiksi saya. Saya bersyukur selama 2 tahun sekitar 400 karya fiksi sudah terpampang di dinding Kompasiana. Dan dari tulisan-tulisan saya tersebut, saya mendapat begitu banyak berkah. Selain mengenal banyak teman, pada tahun ini saya berhasil memperoleh dua penghargaan sekaligus. Sebagai Best in Fiction dan People's Choice Award Kompasiana 2017.
Puji syukur kepada Tuhan. Dari perolehan Award tersebut, saya yang semula bukan siapa-siapa, mulai muncul ke permukaan dan mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Salah satu dari para mahasiswa yang tergabung dalam HMJ PIAUD Universitas Islam Negeri Malang. Saya sungguh terharu. Fiksi-fiksi saya banyak diminati dan mendapat perhatian penuh dari mereka.
Seorang kne'r senior, Mas Akhmad Muchlis, yang kebetulan dosen UIN Malang, beliau mengundang saya untuk menjadi pembicara tunggal dalam acara yang diprakarsai oleh HMJ PIAUD UIN Malang binaan beliau. Acara tersebut bertajuk Menuang  Cerita  Tanpa  Batas  dalam  Secangkir  Literasi. Semula saya sempat grogi dan minder. Masa iya Fakultas sekeren UIN mengundang Emak-emak yang nota bene ilmunya tidak seberapa ini? Tapi Mas Akhmad Muchlis terus membesarkan hati saya.
"Mas, saya hanya Emak-emak biasa. Dibanding murid-murid Panjenengan, saya kalah jauh."