Mohon tunggu...
El Fadl
El Fadl Mohon Tunggu... -

Manusia Biasa :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Lokal dan Microhistory

13 Juni 2013   06:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:06 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam wikipedia, yang dimaksud dengan sejarah lokal adalah the study of the history of a relatively small geographic area; typically a specific settlement, parish or country. Sedangkan menurut Magdalia Alfian[1], sejarah lokal adalah sejarah dengan lingkup atau batasan tertentu menurut geografi. Bisa sejarah Provinsi, kabupaten atau sejarah desa yang memiliki keunikan dan memberi kearifan kepada masyarakat. Namun, jika Sejarah lokal diartikan semata-mata sebagai sejarah daerah tertentu, maka sejarah semacam itu sudah lama berkembang di Indonesia. Bahkan sejarah yang kita miliki sekarang bermula dari tradisi sejarah Lokal seperti itu. Hal ini bisa kita hubungkan dengan berbagai sejarah daerah dengan nama-nama tradisional seperti babad, tambo, riwayat, hikayat, dsb, yang dengan cara-cara yang khas (magis mistis) menguraikan asal usul suatu daerah tertentu.[2]

Maka dari itu, kita lebih merujuk kepada pengertian pertama yang diungkapkan dalam wikipedia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Taufik Abdullah bahwa lokal tidak bisa disamakan dengan daerah, karena daerah indentik dengan politik dan bisa mengabaikai etnis kultural yang sebenarnya, sedangkan lokal lebih mencerminkan unit lokalitas suatu perkembangan sejarah.

Walaupun demikian, bentuk penulisan sejarah lokal adalah dalam lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Keterbatasan lingkup itu biasanya dikaitkan dengan unsur wilayah (unsur spatial) atau keseluruhan lingkungan sekitar yang bisa berupa kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan, kabupaten, kota kecil dan lain-lain. Maka, dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan sejarah lokal adalah studi tentang kehgidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar (neighborhood) tertentu dalam dinamika perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan.

Dari pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa sejarah lokal membahas satu peristiwa yang pengaruhnya hanya terbatas pada lokalitas tertentu. Sejarah lokal tidak bisa menjadi alat generalisasi bagi sebuah peristiwa dalam skala yang lebih besar. Ia terbatas pada daerah atau wilayah di mana peristiwa tersebut terjadi. Hal ini pula yang akan membedakan sejarah lokal dengan microhistory.

Dalam wikipedia, microhistory diartikan sebagai the study of the past on a very small scale. The most common type of microhistory is the study of a small town or village. Other common studies include looking at individuals of minor importance, or analysing a single painting. Pengertian ini sangat dekat dengan apa yang diuraikan dalam menjelaskan definisi sejarah lokal di atas. Namun, dalam sumber yang lain disebutkan bahwa kekhususan microhistory adalah penelitiannya yang dilakukan dengan reducing the scale of observation. Artinya, penelitian yang biasanya dilakukan dalam large scale, kemudian difokuskan untuk meneliti satu titik sudut pandang untuk memperdalam kajian dari sebuah peristiwa. Bisa dispesifikasikan dalam wilayah atau daerah tertentu atau juga dispesifikasikan dalam satu bidang kehidupan tertentu, seperti politik, ekonomi, budaya, dan sebagainya.

Kita dapat memahami bahwa microhistory memberikan pengaruh yang besar dalam studi sejarah di mana pengertian tersebut mengarahkan para peneliti to appear focusing specifically on historical research.[3] Lebih dari itu, kehadiran istilah microhistory dalam studi sejarah juga membawa para sejarawan untuk berfikir lebih kritis dalam mengkaji sejarah-sejarah sosial. Artinya, microhistory bertujuan untuk men-spesifikasi penelitian agar kajian dan analisis yang dilakukan oleh peneliti lebih mendalam. Sehingga dapat kita katakan bahwa microhistory merupakan sebuah penggalan kisah sejarah yang nantinya akan digunakan sebagai alat generalisasi dari sebuah kisah yang besar. Hal ini yang membedakannya dengan sejarah lokal.

[1] Lektor Kepala Program Studi Sejarah, Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia (http://kendariekspres.com/index.php?option=com_content&task=view&id=614&Itemid=39)

[2] I Gde Widja dalam Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah

[3] Sigurdur Gylfi Magnusson dalam historynewsnetwork.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun