SEMENJAK pandemi virus corona atau COVID-19 merebak di tanah air, membuat hampir seluruh warga negara Indonesia dilanda keresahan. Setidaknya dalam pandangan penulis ada dua faktor penting yang mengakibatkan keresahan dimaksud.
Pertama, masifnya virus corona.
Seperti diketahui, hingga sekarang pemerintah belum menemukan formula atau cara jitu untuk bisa memutus rantai penyebaran virus corona di tanah air.
Upaya yang sudah dilakukan pemerintah selama ini boleh disebut belum membuahkan hasil maksimal. Â Terbukti, jumlah angka kasus yang terinfeksi virus asal Wuhan, Provinsi Hubei, China ini terus meningkat tiap harinya.
Hingga hari ini, Sabtu (11/4/20) dalam catatan data pemerintah yang disampaikan Juru Bicara khusus penanganan virus corona, Ahmad Yurianto, jumlah kasus positif mencapai 3.842 orang dengan 327 diantaranya meninggal dunia.
Dilihat dari jumlah kasus per hari ini, berarti ada lonjakan sebanyak 330 orang dibanding kemarin. Sedangkan yang meninggal bertambah 21. Sementara yang sembuh bertambah empat orang. Hingga totalnya menjadi 286 pasien.
Dengan kondisi ini, sangat beralasan jika masyarakat, tidak hanya di Jakarta tapi di seluruh tanah air pun merasa resah.
Kedua, faktor ekonomi.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa semenjak mewabahnya pandemi virus corona, banyak sendi-sendi kehidupan hampir lumpuh.
Masyarakat banyak yang "dipaksa" untuk tidak keluar rumah. Akibatnya banyak sektor-sektor non formal yang didominasi masyarakat kecil tidak bisa bergerak normal. Imbasanya pun terasa langsung pada hasil pendapatan yang menukik tajam.
Nah, karena kesulitan ekonomi ini pula, hampir mayoritas masyarakat di tanah air merasakan kegelisahan dan keresahan tak jauh beda.