SEJAK negeri ini diramaikan dengan wacana kepulangan WNI mantan anggota Islamic State of Iraq Syiria (ISIS), perlahan muncullah beberapa pengakuan mengejutkan dari mereka yang pernah terkena bujuk rayu dan tergabung dalam kelompok ISIS.
Sebut saja Aref Fedulla, yang rela menjual segala harta bendanya demi bergabung dengan ISIS hingga memboyong seluruh keluarganya ke Suriah. Kini, Aref hanya menyisakan penyesalan dan harus mendekam di penjara.
Tak berhenti, penyesalan lainnya datang dari anaknya Aref, Nada Fedulla. Wanita yang bercita-cita menjadi seorang dokter ini terpaksa harus mengubur dalam-dalam mimpinya. Dia dipaksa ayahnya meninggalkan tanah air dan berangkat ke Suriah.
Kini, Nada hanya bisa menunggu nasib dan belas kasih pemerintah Indonesia agar dia bersama keluarganya bisa diterima kembali ke tanah air.
Pengakuan dan penyesalan ayah dan anak ini terkuak setelah berhasil diwawancarai jurnalis BBC, Quentin Sommerville dan videonya diunggah ke akun twitter BBC Indonesia.
Belum cukup dengan pengakuan kedua WNI tadi, jauh sebelumnya fakta tentang kekejaman dan kebiadaban ISIS pernah dibongkar oleh Nurshadrina Khaira Dhania dalam sebuah acara talk show "Rosi" episode Pengakuan Anggota ISIS, di Kompas TV, Kamis (14/9/2017).
Nurshadrina sendiri adalah salah satu dari 18 mantan simpatisan ISIS yang kembali pulang ke Indonesia pada Agustus 2017 lalu.
Diakui Nurshadrina, cara perlakukan para anggota ISIS di Suriah terhadap kaum perempuan, tak lebih dari sekadar pabrik anak.
Dijelaskan lebih jauh Nurshadrina, perempuan yang bukan dari Suriah ditempatkan di sebuah asrama yang kotor dan sama sekali tidak layak. Sedangkan untuk kaum pria langsung dipaksa untuk berperang. Kaum perempuan itu didata dan dipilah antara yang sudah berkeluarga, belum menikah dan janda untuk selanjutnya ditempatkan asramanya dipisahkan.
Setelah dilakukan pendataan dan pemisahahan asrama, hampir setiap hari para anggota ISIS mendatangi asrama tersebut. Maksudnya guna meminta terhadap pimpinan asrama agar menyerahkan perempuan yang belum menikah atau janda untuk dinikahi alias dijadikan istri.
Celakanya, cara para anggota ISIS melamar seorang perempuan yang disukainya itu, benar-benar dilakukan secara paksa. Mereka tidak peduli si perempuan yang disukainya itu mau menerima atau tidak.