Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

(Melawan Lupa) Mengenang Emas Sepak Bola SEA Games 1991

20 September 2019   13:47 Diperbarui: 21 September 2019   08:13 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LEBIH dari dua dekade, Timnas sepak bola senior Indonesia tidak pernah meraih gelar juara pada ajang turnamen resmi. Ironis memang, negara dengan populasi penduduk lebih dari 250 juta jiwa, nyatanya tidak sanggup mengumpulkan 11 orang pemain bola untuk dijadikan timnas tangguh dan disegani lawan. 

Bahkan, masih belum hilang dalam ingatan kita, Timnas sepakbola senior kita harus menelan pil pahit dengan mengalami dua kali kekalahan beruntun atas tim sesama Asia Tenggara. 

Pertandingan dalam rangka perburuan tiket menuju piala dunia 2022 Qatar ini, asuhan Simon McMenemy harus takluk dari Malayasia (2-3) dan Thailand (0-3). Parahnya, kekalahan menyakitkan itu terjadi di depan pendukungnya sendiri, di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Apa yang salah dengan sepak bola kita?...rasanya mungkin banyak faktor. Sebut saja, isu yang pernah mem-booming, yakni Mafia bola hingga akhirnya menjerat Ketua Umum PSSI, Joko Driyono. Terus, masih ada lain terkait jadwal kompetisi, pembinaan usia dini dll. 

Namun bukan itu yang akan penulis bahas dalam kesempatan ini. Penulis hanya ingin mengajak para pecinta bola tanah air untuk bernostalgia, tentang kisah sukses Timnas merebut medali emas pesta olahraga multi event se-Asia Tenggara (Sea Games) tahun 1991.

Pada waktu itu, Sea Games di adakan di Ibu Kota Filipina, Manila. Timnas Indonesia asuhan Anatoli Polosin bermaterikan mayoritas pemain muda, sebut saja, Rocy Putiray, Sudirman,Maman Suryaman, Widodo C Putra ( dua nama terakhir sekarang jadi pelatih di salah satu peserta liga I ). 

Para pemain muda ini sejatinya bukanlah pilihan terbaik Polosin waktu itu. Masih ada beberapa pemain senior yang lebih pantas mengisi skuad timnas, seperti Ricky Yakob, Fakhri Husaeni dan Jaya Hartono. 

Namun, para pemain senior ini lebih memilih mengundurkan diri, karena gaya kepelatihan asal Uni Soviet ini terkenal sangat keras dalam hal latihan fisik. Latihan fisik yang diterapkan Polosin seringkali diluar batas kemampuan pemain. Pemain muntah-muntah dan kabur dari pemusatan latihan jadi hal yang lumrah. Semua itu dilakukan Polosin demi menggembleng mental dan tentunya kekuatan fisik pemainnya.

Uji coba kurang memuaskan
Sebelum menjalani pertandingan sesungguhnya di ajang Sea Games Manila. Tim Garuda besutan Anatoli Polosin sempat menjalani serangkaian uji coba. Sayang dalam laga uji coba tersebut, hasil yang diperoleh Timnas Garuda mengecewakan. 

Dari lawan-lawan yang dihadapi waktu uji coba, seperti Timnas Malta, Timnas China U-23, Timnas Korea Selatan, Timnas Mesir dan Timnas Malaysia. Hanya dengan tim Harimau Malaya yang bisa dimenangi Timnas Garuda. Selebihnya berakhir dengan kekalahan.

Namun, dengan hasil itu tidak dipedulikan Polosin. Bagi dia, uji coba hanya sebatas menempa mental bermain dan menguji kekompakan dan fisik bermain. Terbukti, saat bertanding pada laga sesunguhnya, semuanya berjalan lebih mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun