Mohon tunggu...
Ela Junita Duwiska
Ela Junita Duwiska Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kita tidak harus menunggu datangnya inspirasi itu, kita sendirilah yang menciptakannya. Membaca adalah pusat yang tidak bisa dihindari oleh seorang penulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bidadari Tak Bersayapku

4 Desember 2022   21:47 Diperbarui: 4 Desember 2022   22:33 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ibu adalah seseorang wanita mulia yang selalu memperhatikan kita. Dimanapun kita berada, Ia selalu mengalirkan do'a-do'a bagi kehidupan sang anak. Ibu yang tidak pernah bosan dalam menasehati kita berkali-kali, yang terkadang dimana nasehat itu kita abaikan dan menganggapnya tidak penting. Padahal, didalam nasehatnyalah kita dapat berubah menjadi yang lebih baik.

Tapi, tanpa kita pikir, saat ini semakin kita dewasa. Bukannya kita semakin dekat dengan ibu, justru  sebaliknya. Kita beranggapan bahwa kita ini mampu dengan sendirinya tanpa bantuan ibu kita. Kita pernah mencetuskan kata "Ibu, aku ini sudah dewasa, bukan anak kecil lagi yang harus ibu larang dan ibu bantu" kepada ibu kita. Terlalu sombongnya diri kita. Bukankah, ibulah yang setia membantu kita sampai-sampai terkadang ibu tidak pernah memikirkan keadaannya sendiri.

Disaat pendidikan atau pekerjaan jauh yang harus memisahkan kita dengan ibu. Ibulah yang selalu mengkhawatirkan keadaan kita. Ibu selalu bertanya dengan dirinya sendiri  "Bagaimana keadaan anak ku sekarang, sudah makankah dia dan makan apakah dia disana, dan pertanyaan lainnya (yang dilontarkan ibu)". Itu pun kita tidak meluangkan waktu kita untuk memikirkan ibu dan menelponnya untuk menanyakan kabarnya disana. Anak seperti apa kita ini?.

Ingatkah kita? Tak ada seseorang bagai sang surya yang hanya memberi tak harap kembali, yang senantiasa berjalan walau kaki penuh darah dan nanah dialah adalah yang kita panggil ibu. Ia, lewat wasilahnya sang Tabi'in paling utama Uwais Al-Qorni disebut oleh Rasulullah sebagai penghuni langit dan memiliki do'a yang tak tertolak karena kecintaannya. 

Ia, lewat cintanya tumbuh seorang Ali mulia, lalu Imam Asy Syafi'I memberi judul pada karya fiqih Monumentalnya yang berjudul abadi "Al-Umm (Sang Ibunda)". Cintanya dalah surga yang tak pernah mengeluh dan bosan. Lewat cintanya yang menjadikan buah hati lebih berharga dari nyawanya. Sungguh besarnya perjuangan sang ibu, ibunda tercinta yang tak pernah lelah dan memandang waktu untuk bersama kita. Malaikat tak bersayap yang selalu bersama kita, bidadari setiap hari yang selalu membantu kita, menyebut nama kita disetiap lantunan do'anya.

Aku tak mungkin bisa membalas berjuta kasih dan perjuanganmu wahai ibu. Begitu mulia hati yang engkau miliki, walau bertumpuk-tumpuk permata yang aku miliki untuk mu ibu itu tidak bisa membalas semua yang engkau berikan untuk ku. Kasihmu sepanjang masa, sedangkan permata hanya pandangan semata yang lenyap dimakan zaman.
TERIMAKASI IBU

"...Maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baiik, dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, wahai Tuhanku, Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waaktu kecil"
(Qs. Al-Isra:23-24)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun