Mohon tunggu...
Eky Rahmawati
Eky Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia_Universitas Pendidikan Indonesia

Hobi saya terdengar sangat klasik. Saya mencintai menulis dan biasanya membaca novel. Untuk saya, menulis dan membaca adalah kombinasi terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Analisis Penggunaan Emoji Tangan Menengadah (Permohonan Maaf/Terima Kasih) Sebagai Tanda Semiotika Pierce

28 September 2025   09:45 Diperbarui: 28 September 2025   09:48 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Fenomena emoji dalam komunikasi digital menarik untuk dibahas. Penggunaan emoji ini, seperti emoji dengan tangan menengadah atau berdoa untuk mewakili terima kasih atau permohonan maaf, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari cara kita berinteraksi di dunia maya. Mari kita selami lebih dalam bagaimana Charles Sanders Peirce, seorang filsuf terkemuka menganalisis fenomena ini. 

Dalam perspektif semiotika Charles Sanders Pierce yang dikenal sebagai bapak semiotika. Pierce mengemukakan bahwa semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign) dan bagaimana Pierce menciptakan makna dalam komunikasi manusia. Menurut Pierce tanda dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu ikon, indeks, dan simbol.

Emoji sebagai ikon yang berarti tanda yang memiliki kemiripan fisik atau visual dengan objek yang diwakilinya. Contoh yang paling jelas adalah emoji wajah tersenyum yang digunakan untuk mengekspresikan kebahagiaan. Emoji ini secara visual menyerupai ekspresi wajah manusia. Demikian pula, emoji tangan menengadah untuk terima kasih secara visual merepresentasikan gestur yang sering kita lakukan dalam kehidupan nyata saat berterima kasih atau berdoa. Kemiripan visual inilah yang membuat emoji menjadi mudah dipahami secara universal.

Emoji sebagai indeks yang berarti tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat atau hubungan fisik langsung dengan objeknya. Dalam konteks emoji, hal ini mungkin sedikit lebih abstrak. Contohnya, emoji api yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang "panas" atau "keren." Penggunaan ini didasarkan pada hubungan kausal antara api dan panas. Dalam kasus emoji tangan menengadah, emoji ini adalah indeks dari tindakan atau gestur terima kasih atau memohon maaf. Indeks ini mengacu pada tindakan fisik yang seharusnya dilakukan.

Emoji sebagai simbol yang berarti tanda yang hubungannya dengan objeknya didasarkan pada konvensi atau kesepakatan sosial. Ini adalah kategori yang paling banyak berlaku untuk emoji. Misalnya, emoji hati berwarna merah melambangkan cinta, bukan karena bentuknya mirip hati manusia, tetapi karena masyarakat telah sepakat menggunakannya untuk makna tersebut. Emoji tangan menengadah juga telah menjadi simbol untuk ucapan terima kasih atau permintaan maaf. Makna ini muncul bukan karena kemiripan fisik atau hubungan kausal yang kuat, tetapi karena konvensi sosial yang berkembang di antara pengguna digital. Orang-orang menggunakan emoji ini secara berulang untuk tujuan tersebut dan seiring waktu, makna simbolik ini semakin kuat dan diterima secara luas.

Bagaimana Dinamika Sosial Pada Fenomena Emoji?

Di era serba cepat, emoji menawarkan cara yang efisien untuk menyampaikan emosi dan niat tanpa harus menulis kalimat panjang. Sebuah emoji dapat menghemat banyak kata dan langsung menyampaikan pesan dengan jelas. Komunikasi digital seringkali kekurangan isyarat non-verbal seperti nada suara atau ekspresi wajah. Emoji mengisi kekosongan ini dengan menambahkan nuansa emosional, membuat percakapan terasa lebih personal dan manusiawi. Penggunaan emoji juga dapat menunjukkan identitas kelompok. Cara dan jenis emoji yang digunakan bisa menjadi ciri khas suatu komunitas. Misalnya, penggunaan emoji tertentu yang hanya dipahami oleh sekelompok teman dekat. 

Singkatnya, emoji adalah tanda yang kompleks. Mereka dapat bertindak sebagai ikon karena kemiripannya, sebagai indeks karena hubungannya dengan tindakan, dan yang terpenting sebagai simbol karena makna yang disepakati secara sosial. Penggunaan emoji ini bukan sekadar tren sesaat. Emoji telah membentuk ulang cara kita berkomunikasi, menjadikannya lebih visual, efisien, dan kaya akan emosi. Emoji mencerminkan kebutuhan kita untuk mengekspresikan diri secara lebih cepat dan pribadi dalam dunia digital yang serba cepat. 

Jadi, setelah kita melihat analisis ini, bagaimana menurutmu? Apakah ada emoji lain yang menurutmu sangat menarik dari segi ikon, indeks, dan simbol?

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun