Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Gareng, Pak Gudik, dan Kurma Abu Jahal

17 April 2021   04:26 Diperbarui: 18 April 2021   16:09 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            "Sudah nanti kita urus sama Gusti Ratu Puntadhewa."

            Gareng nampak cenat-cenut. Air mukanya menjadi asem seperti jeruk purut. Petruk dan Bagong pun maklum sebab dengan dampak Banaspati ini, semua orang banyak terjangkit wabah termasuk Gareng. Orang-orang yang butuh servisnya tidak mau ambil resiko dipijat olehnya. Tentu pendapatan gareng menurun, run. Meskipun dia mendapat bansos, itu tidak cukup untuk keberlangsungan hidup keluarganya. Istrinya yang tidak setabah daya prihatin Gareng meminta diri pulang ke rumah orang tuanya bersama anak-anaknya sampai kondisi pulih. Gareng menjual ayam-ayamnya dan tabungan jasa pijatnya. Tujuh puluh persen uang itu ia berikan untuk istri dan anak-anaknya dan sisanya ia pakai untuk usaha. Karena Gareng tidak bisa masak, tidak pernah memulai bisnis, nekat ia membeli beberapa jerigen. Ia berjualan air. Ya air minum dari sumur bor!

            Entah keyakinan seperti apa yang ia yakini, kefrustasian apa yang ia alami, ia bondo nekat. Barangkali pikirnya, rejeki sudah ada yang ngatur, hidup mati sudah ada yang ngatur, Gusti Allah ora sare! Atau barangkali pikirnya, dimana ada pasar, disitu ada pelanggan pokoknya hatinya mantep gelar dagangan. Atau barangkali pikirnya, ingat salah satu perkataan Semar bahwa ajaran para wali kalau orang mau makan enak itu gampang, nunggu sampai lapar-par. Kalau lapar pun minum air pun rasanya nikmat. Barangkali ia berpikir bahwa mumpung momentumnya puasa. Pas!

            Tetapi barangkali Gareng juga lupa menghitung bahwa manusia moderen mengartikan bahwa kenikmatan rohani dipadankan dengan kenikmatan lidah. Barangkali Gareng tidak melihat bahwa setelah berbuka puasa, manusia moderen cenderung makan sepuasya. Bahkan kalau perlu sampai perutnya meletus. Mungkin Gareng memetik pelajaran dari kisah hidup Bapak Semar yang terlanjur gendut-dut. Sehingga ia bercita-cita menyadarkan masyarakat moderen dengan keteguhan hatinya dan uangnya yang pas-pasan. Atau barangkali kemantapan jiwanya menjual air ini karena ia tergiur bisnis perusahaan air kemasan yang bisa bikin bosnya beli bahan-bahan menu buka puasa ala koruptor, atau bahkan bisa beli mobil dan beli Karang Kadempel kalau perlu! Tetapi barangkali, Gareng lupa bahwa ia tidak paham strategi marketing yang tetek-mbengek itu.

            "Ya kan Truk, Gareng enggak bakat jualan. Gila kan. Dikira ini masih jaman penjajahan yang menu buka puasanya cuma pakai nasi, garam, sama air tawar. Tapi tenang Reng lapakmu sepi juga ada temannya. Itu kaya lapaknya Pak Modin, Namanya musim puasa masa dia tetap jual beli kursi? Top markotop. Anti-mainstream" cetus Bagong.

            "Lha kamuy a bodho Gong, namanya air mau gimana aja ya air. Diminum biar kita enggak kehausan. Rasanya ya begitu-begitu aja. Tawar. Enggak ada manis-manisnya. Tapi semua orang butuh air."

            "Sudah-sudah. Mesti berantem. Puasa lho. Maksud Bagong itu, kalau kamu mau usaha agak kreatif dikit, Pakai teori hegemoni"

            "Nah iya itu. Hege-muni. Coba kek kaya Pak Gudik. Ramai. Banyak yang beli. Laris manis. Mbok agak pintar dikit Reng."

            "Kamu itu mbok yang agak pintar dikit. Namanya kurma ya kurma. Emang mereka yang makan tahu Abu Jahal punya kebun kurma? Kok keren Pak Udik punya rekan bisnis Abu Jahal."

            "Kamu itu enggak paham marketing. Makanya gaul sama orang kuliahan. Yang penting kan barangnya laku. Kamu dapat duit" timpal Bagong.

            "Meskipun harus curang? Meskipun boleh berbohong?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun