Mohon tunggu...
Eko Mulyadi
Eko Mulyadi Mohon Tunggu... -

Jurnalis, sesekali menulis opini, pengajar. Tinggal di Medan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setelah Vonis Jessica

27 Oktober 2016   20:00 Diperbarui: 27 Oktober 2016   20:20 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selesai sudah episode pertama kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin yang dituduhkan kepada Jessica Kumala Wongso sebagai terdakwa tunggal. Jessica akhirnya divonis majelis hakim selam 20 tahun penjara, sesuai dengan tuntutan jaksa.

Tapi, sebagaimana saya sebut tadi, ini baru episode pertama. Masih akan ada episode-episode berikutnya, karena kubu Jessica memastikan mengajukan pembelaan kembali di tingkat banding.

Saya tidak mau terlalu mengomentari jalannya persidangan. Apakah vonis hakim sudah sesuai azas keadilan, atau sebagaimana kata pengacara Jessica, Otto Hasibuan, hakim mengabaikan fakta-fakta di persidangan.

Biarlah apa yang tersaji di ruang sidang jadi ranah para penegak hukum tersebut. Toh, dosa-dosa jika peradilan tersebut tidak menjunjung azas keadilan, jadi tanggungan mereka.

Yang jelas, sebagai pemerhati persidangan Jessica ini, saya hanya mau mengomentari satu hal, bahwa usai vonis Jessica tersebut saya – dan diyakini jutaan orang lain yang selama ini jadi pemirsa siaran langsung sidang-sidang Jessica – agak kehilangan satu tontonan seru dari televisi.

Betapa tidak, beberapa bulan belakangan siaran persidangan Jessica  bukan cuma langsung tapi juga siaran-siaran ulangnya – bak sinetron serial, atau drama Utaran dari India yang sempat bikin heboh itu.  Sidang ‘Kopi Maut Jessica’ bahkan agak menggantikan kebiasaan saya menonton film Hollywood saban malam sebelum tidur.

Kini ‘rutinitas’ tersebut terhenti sementara. Ya, saya yakin hanya sementara karena saat sidang banding nanti televisi akan kembali gencar menyiarkannya.

Jadi sebelum itu, kembali dulu kepada film-film Hollywood.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun