Mohon tunggu...
Eko AdityaPutra
Eko AdityaPutra Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Biasa

Saya hanya bloger biasa yang banyak kekurangan dan butuh banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Cara Healing Muktahir Tanpa Mahal

23 Desember 2022   17:54 Diperbarui: 23 Desember 2022   18:02 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Healing. Apa yg berada pada benak kalian waktu pertama kali mendengar istilah ini? Jalan-jalan izin   otak nir seterusnya pening? Atau ngopi pada loka Instagram-able?


Akhir-akhir, ini tampaknya istilah yg satu ini terlalu tak jarang dipakai, apalagi pada pelaksanaan selera kita semua, TikTok. Seolah menerangkan bahwa peradaban insan waktu ini dipenuhi orang-orang yg stress, sumpek memikirkan hidupnya, atau lelah menggunakan kegiatan kesehariaannya, atau justru sedang terluka?


Apapun alasannya, istilah healing sering dipakai. Meski entah, apakah yg memakai istilah itu jua tahu sepenuhnya makna daripada healing itu sendiri atau berdari menggunakannya saja? Ikut-ikutan trend?


Kalau diambil menurut istilah berbahasa Inggris yg diterjemahkan pada bahasa Indonesia, healing berarti penyembuhan. Jika dicermati menurut ilmu psikologis, healing termasuk pada bagian menurut kesehatan mental, maknanya sama yakni penyembuhan. Jadi, secara harfiah healing  merupakan sebuah penyembuhan terhadap jiwa, perasaan, pikiran, & batin. Sehingga lantas ada kata penyembuhan diri atau self healing.


Namun, kata healing secara nir eksklusif waktu ini masuk pada kosakata bahasa terkenal yg tak jarang dipakai masyarakat, utamanya kaum milenial yg berada dalam fase quarter life.  Singkatnya dimaknai menjadi sebuah proses penyembuhan diri pada hal apapun yg berkaitan menggunakan perasaan, kesedian, emosi, kecemasan, kekhawatiran, kejenuhan, jua perkara pelik pada hayati.
Apapun pemaknaan yg kalian pahami, & dicermati menurut segi apapun, setidaknya healing tetaplah sebuah proses penyembuhan, penjernihan pikiran.


Banyak cara yg dilakukan kaum milenial buat healing. Biasanya mereka akan melakukan perjalanan, menjelajahi satu loka ke loka lain. Cara ini memang relatif efektif, bagi yg mempunyai jiwa berpetualang tinggi & yah, setidaknya mempunyai kantong yg tebal lah ya. Zaman gini mana terdapat gratisan? Kecuali yg ngendorse.
Cara healing berikutnya merupakan menggunakan menonton. Buat beberapa orang, setidaknya menggunakan menonton, otak akan sedikit terhibur.


Healing sanggup jua dilakukan menggunakan naik gunung, menulis buku, membaca buku, melakukan hobi apapun itu. Sangat poly cara yg sanggup dilakukan buat healing. Tinggal cara mana yg kalian inginkan.
Namun, menurut sekian banyaknya cara tersebut, satu hal yg sangat berpengaruh & sanggup membantu kalian pada proses healing, yakni bercengrama.


Sebagai insan, kita dilahirkan buat sebagai mahluk sosial, saling keterkaitan menggunakan orang lain, jua saling membutuhkan. Sebagai makhluk sosial perlu adanya hubungan sosial pada hayati. Interaksi sosial sendiri terjadi waktu terdapat interaksi timbal pulang antara individu. Maka, atas dasar kodrat insan menjadi makhluk sosial inilah, berinteraksi jua adalah hal krusial yg dibutuhkan seseorang insan pada hayati.


Berinteraksi akan berakibat kita permanen hayati & sanggup dijadikan menjadi keliru satu cara healing. Bahkan sanggup dikatakan bercengkrama adalah cara healing yg sesungguhnya.
Kenapa aku  berkata demikian? Dan seberapa krusial bercengkerama itu?


Tentu lantaran kita menjadi insan sering ingin didengarkan, wacana apa yg berada pada ketua kita. Kita perlu ngobrol, bercengkrama, deep talk supaya konflik pada hayati kita terbagi. Kadangkala membagi cerita menggunakan sahabat melalui bercengkrama sanggup mengurangi sedikit beban & luka-luka pada hayati kita. Syukur-syukur menurut bercengkrama itu kita memperoleh solusi.


Bahkan jibila kita mau menengok & membaca beberapa warta masalah bunuh diri, tidak sporadis lantaran dipicu sang depresi akut yg seharusnya memerlukan healing, pendengar, penyemangat & sahabat buat menyebarkan keluh kesah, akan tetapi nir menemukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun