Mohon tunggu...
Ekka Zahra Puspita Dewi
Ekka Zahra Puspita Dewi Mohon Tunggu... Guru - Educator

Don't plant anything but love

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Belajar dari Semar dan Petruk: Ihtisar Singkat Buku Ardian Kresna, Punakawan Menggugat

12 Juli 2022   23:34 Diperbarui: 12 Juli 2022   23:43 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Jika didalami, sesungguhnya falsafah Jawa memberikan banyak sekali petuah-petuah hidup yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, sayang sekali banyak peninggalan yang berupa ajaran leluhur atau ajaran kasepuhan tersebut terkikis dan lambat laun hilang diterpa zaman. 

Meski begitu, masih ada banyak orang-orang terpilih yang memilih untuk memilah, melestarikan dan meng-up kan kembali hal-hal tersebut. Salah satu yang saya ketahui adalah Ardian Kresna.

Dalam bukunya, Punakawan Menggugat: Kisah Heroik dari Para Abdi Sejati, kita akan disuguhkan beberapa adegan para Punakawan yang terdiri dari Kiai Semar, Petruk, Gareng dan Bagong. Tidak lupa, di dalam buku ini, Ardian Kresna memaparkannya dengan sangat hidup dan menarik. 

Lelucon konyol yang diutarakan oleh para putra Ki Semar tampak sangat renyah. Belum lagi nasihat-nasihat Ki Semar yang begitu mengena, terasa sekali cas-ces-nya. Seketika, saya pribadi setelah membaca petuah yang disampaikan oleh Ki Semar langsung merasa tercerahkan. Ternyata, saya sering tersesat dalam menjalani hidup. 

Alhamdulillah, Allah Sang Pencipta masih berkenan mengingatkan, melalui jalan yang tidak disangka, seperti membaca kisah para Punakawan seperti ini.

Salah satu kisah yang saya sangat takjub adalah kisah Petruk. Di dalam buku ini, pada bab Kekeruhan Hati Abimanyu (p. 7), kita akan disuguhi kisah Petruk di halaman hampir akhir (p. 21-25). Memang sebelumnya saya pernah mendengar bahwa dahulu, wujud Petruk tidaklah sedemikian buruk. 

Ardian Kresna menggambarkan Petruk yang sekarang lebih spesifik, yakni memiliki hidung yang menjadi kelewat panjang, lengan yang menjulur ke bawah melampaui lutut, badan kurus tapi perut buncit, wajah tirus, dan mulut lebar hampir menyentuh telinga (p. 21). 

Wujud yang kini seperti itu, sebelumnya sangatlah berbalikan. Bahkan dia termasuk seorang raja yang tampan, bagus, gagah dan sakti mandraguna di negara Kembangsore. Lantas mengapa dia berwujud aneh?

Ardian Kresna memaparkan bahwa dahulu, Petruk bernama Prabu Mercukilan. Prabu Mercukilan jatuh cinta kepada Dewi Utari di Kahyangan Jonggring Saloka. Karena permintaan baik-baik beliau yang ditolak, akhirnya beliau marah dan mengobrak-abrik Kahyangan. Raja yang sedang kasmaran dan ditolak itu marah bukan main. 

Semua Batara bahkan termasuk di dalamnya, Batara Guru babak belur. Keributan tersebut akhirnya reda setelah Kiai Semar yang turun tangan. Kiai Semar mampu mengalahkan Prabu Mercukilan dan menyisakan cacat fisik yang kemudian mengubah fisik beliau menjadi Petruk yang kita kenal. Benar-benar, bukan main. Sedahsyat itu cinta mengubah hidup seseorang. Aih.

Tidak hanya demikian, Petruk juga pernah ngamuk kedua kalinya ketika dia melihat ketidakadilan di marcapada. Baginya, raja-raja sekarang ini sudah sangat gila dan hilang akal. Banyak ratu yang hanya percaya ketika mendengar abdinya melapor tentang kondisi rakyat, tanpa mau melihat kondisi yang sebenarnya berkebalikan dari apa yang dilaporkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun