Mohon tunggu...
Eka Satya Putra
Eka Satya Putra Mohon Tunggu... Pensiunan, praktisi manajemen manufaktur

Hobi membaca sebagai wacana eksplorasi dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sebuah Perjalanan Mencari Transdisipliner

23 September 2025   17:00 Diperbarui: 22 September 2025   16:25 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika pertama kali berkenalan dengan kata "transdisipliner", tanpa alasan yang jelas, saya begitu tertarik untuk memahaminya. Apakah ini sebuah disiplin atau ilmu baru yang dapat menjawab segala pertanyaan yang tak terjawab? Perasaan saya dipenuhi antusiasme dan kegembiraan.

Namun, ketika diminta untuk mempelajari, merangkum, dan membuat bahan presentasi tentang transdisipliner, saya mulai berkenalan dengan pemikiran Basarab Nicolescu [1] dan mazhab Zurich [2] sebagai arus utama pemikiran transdisipliner. Banyak hal yang dapat dipelajari dari kedua pemikiran ini, tetapi pertanyaan mendasar---apa sebenarnya transdisipliner itu dan bagaimana menguasainya---justru semakin tidak terjawab dan terasa semakin jauh. Saya merasa tidak berdaya untuk memahami, apalagi menguasainya.

Perasaan tidak berdaya ini semakin kuat seiring dengan banyaknya artikel dan buku yang saya baca tentang transdisiplinaritas. Ada yang mendefinisikannya sebagai disiplin di atas semua disiplin ilmu (supra-discipline), yang lain menyebutnya sebagai kerangka kerja atau pendekatan dan bukan supra-discipline, dan ada juga yang mengklaim telah menerapkannya dengan sukses, meskipun saya sendiri kesulitan memahami letak penerapan dan kesuksesannya.

Kemudian, saya berkesempatan menonton film "The Life and Ideas of David Bohm". Saya sangat terkesan dengan pernyataan Dr. Jan Walleczek [3], Direktur Phenoscience Labs, Berlin:

"Teori Bohm membuat prediksi yang jelas tentang nonlokalitas dunia. Apa itu nonlokalitas? Secara sederhana, ini adalah penemuan mendalam tentang keterkaitan alam semesta pada tingkat fundamental kuantum. Hal ini langsung bertentangan dengan teori relativitas, yang menyatakan bahwa tidak ada yang bisa bergerak lebih cepat dari cahaya. Segala sesuatu bersifat lokal. Lalu, bagaimana mungkin segala sesuatu di alam semesta terhubung secara instan? Itulah pertentangan besar yang kita hadapi saat ini. Itulah sebabnya teori variabel tersembunyi Bohm, yang nonlokal, sejak awal telah ditolak. Ia terasa aneh, dan saya tekankan kata terasa. Namun, jika kita ingin memahami teori yang penting, terkadang ketika sebuah teori terasa aneh, itu menunjukkan sesuatu yang belum kita pahami dengan cukup baik. Teori ini menyatakan bahwa ada sebuah ranah realitas yang tersembunyi di mana segala sesuatu saling terhubung. Namun, tidak ada seorang pun, bahkan di masa depan, yang dapat mengakses ranah itu, mengontrol, atau memanipulasinya."

Kalimat terakhir itu sangat menyentuh dan membuat saya berpikir: mungkinkah ada hal-hal yang tidak dapat diketahui manusia? Dan apakah transdisipliner adalah tentang hal itu?

Waktu berlalu, dan kesan akan kalimat itu sempat memudar. Namun, asumsi saya ternyata salah. Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul: mungkinkah selama ini saya salah menafsirkan transdisipliner? Benar kata itu berawalan trans-, tetapi bisa jadi ia bukanlah sebuah disiplin? Karena ketika manusia berusaha memahami dan menguasai dunia, yang dilakukannya adalah membedah realitas---yang justru melahirkan disiplin-disiplin ilmu baru. Mungkinkah ada realitas yang tidak dapat dibedah oleh manusia, seperti yang disinggung oleh Dr. Jan Walleczek?

Saya umpamakan dengan seseorang yang belajar menyetir. Tujuannya adalah memperoleh keterampilan dan izin mengemudi untuk menguasai kendaraan. Dalam prosesnya, ia mempelajari disiplin ilmu baru. Namun, bagaimana jika "mobil" ini adalah dunia atau alam? Benarkah tantangannya adalah untuk menguasai dunia, atau justru menjadi bagian dari dunia itu sendiri? Saya merasa jika tujuannya adalah penguasaan, maka transdisipliner adalah sesuatu yang sulit, bahkan mustahil, untuk dicapai. Pertanyaan tentang transdisiplinaritas masih menghantui, tetapi saya merasa telah mencapai sebuah terobosan pemikiran.

Lalu, saya menonton film karya Philip Ball [5] berjudul "Why Everything You Thought You Knew About Quantum Physics Is Different" [4]. Seorang penulis sains dengan latar belakang pendidikan Kimia dari Oxford dan Fisika dari Bristol. Dalam film itu, Philip Ball berkata:

"Mekanika kuantum adalah teori tentang apa yang dapat dan tidak dapat diketahui, serta bagaimana pengetahuan-pengetahuan itu berhubungan dan muncul dari pertanyaan yang kita ajukan. Saya melihatnya sebagai perbedaan antara 'teori tentang kepastian' (a theory of isness) dan 'teori tentang kemungkinan' (a theory of what could be). Mekanika Kuantum tidak memberitahu kita bagaimana sesuatu ada, ia memberitahu kita apa yang mungkin terjadi, bersama dengan logika hubungan antara kemungkinan-kemungkinan itu dan probabilitasnya. Jika Ini, Maka Itu."

Dengan kalimat "Mekanika Kuantum tidak memberitahu kita bagaimana sesuatu ada, ia memberitahu kita apa yang mungkin terjadi...", tiba-tiba segalanya menjadi jelas. Mekanika Newtonian berbicara tentang hal-hal yang deterministik, sebuah kepastian berdasarkan sebab-akibat seiring waktu. Sementara itu, Mekanika Kuantum berbicara tentang apa yang mungkin terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun