Dalam adat istiadat setiap Daerah memiliki ciri khas masing-masing. Demi keberlangsungan budaya dari ke generasi satu ke generasi selanjutnya. Tak ubahnya  seperti  teori siklus dalam Perubahan sosial. Berputar dan melinggar dan bergantian dalam menjaga dan melestarikan budaya. Contohnya 'Budaya Baya Bujang atau Gadis".  Khususnya di wilayah Krui Pesisir Barat Lampung.
Mungkin masih bertanya-tanya. Apa yang dimaksud dengan 'Budaya Baya Bujang atau Gadis". Menurut pengalaman pribadi budaya Baya Bujang atau Gadis adalah sekelompok muda-mudi berkumpul disuatu lingkungan, tempat tertentu, untuk membantu nyedu kupi, tatingkuan (mempersiapkan hidangan), ngekos (Membereskan hidangan ),ngecah pinggan (cuci piring) baik acara pernikahan maupun kematian.
Seiring perkembangan zaman dan semakin kompleks masyarakat. Maka budaya Baya Bujang atau Gadis. Semakin hari semakin digerus oleh berbagai distorsi (pengaruh) dari budaya luar.  Mengapa budaya Baya perlu dilestarikan ?,  jika kita merujuk pada Budaya Lampung. Ada    berapa  Falsafah Hidup Ulun Lampung termaktub dalam kitab Kuntara Raja Niti, yaitu:
- Piil-Pesenggiri (malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri)
- Juluk-Adok (mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya)
- Nemui-Nyimah (saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu)
- Nengah-Nyampur (aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis)
- Sakai-Sambaian (gotong-royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainny
     Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Lampung
 Jika kita merujuk pada tampilan gambar diatas serta Falsafah Ulun Lampung pada point 4 Nengah Nyampur (Aktif dalam pergaulan bermasyarakat dan tidak individualistis) serta pada point 5 Sakai Sambaian ( gotong royong dan saling membantu dengan anggota masyarakat lainnya).  Hal yang sangat wajar jika baik bujang gadis maupun Bapak dan Ibu saling bahu membahu, tolong menolong serta bergaul. Karena memang masyarakat Lampung sejak dahulu secara turun temurun saling tolong menolong antara Individu,antar kelompok masyarakat. Maupun mudah dalam bergaul atau berinteraksi.
Sangat wajar jika masyarakat Lampung secara Keseluruhan memang suka bergaul dan saling tolong menolong baik dengan masyarakat pribumi maupun masyarakat pendatang.  Sesuai  dengan semboyan Provinsi Lampung  Sang Bumi Ruwa Jurai. Â
Dengan adanya  Falsafah hidup Ulung Lampung diharapkan segala tindak tanduk baik secara individu maupun masyarakat Lampung pada Umumnya memahami  dan menjalani Falsafah yang dimaksud dalam kehidupan sehari-hari. tidak lain dan tidak bukan untuk memberikan kemaslahatan khususnya  bagi masyarakat Lampung itu sendiri.