Tuberculosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan merupakan penyakit menular mematikan ke-2 sebelum COVID-19 menurut World Health Organization (WHO). Tuberkulosis dapat dicegah dan diobati, namun TBC dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani dengan baik.Â
Bakteri TBC ini akan menyerang organ pernapasan, yaitu paru-paru. Apabila sudah bersarang di dalam tubuh dan tidak diatasi, bakteri ini akan menyerang organ lainnya, seperti usus, kelenjar, dan tulang belakang. Bahayanya, penularan bakteri ini sangatlah mudah.Â
Penularan TBC dapat terjadi apabila penderita mengeluarkan cairan tubuh, misalnya melalui, batuk, bersin, air liur yang ikut keluar ketika berbicara, dan sebagainya. Apabila cairan tersebut terhirup atau tidak sengaja masuk ke dalam tubuh orang yang sehat, maka orang tersebut akan terinfeksi bakteri TB. Fakta tersebut menjadi bukti bahwa Tuberkulosis pantas disebut sebagai penyakit paling menular.
Pada orang dewasa, Tuberkulosis atau TBC dapat diidentifikasi dengan mudah. Berbeda dengan gejala TBC pada anak-anak yang cenderung umum dan tidak memiliki ciri khas, sehingga lebih sulit untuk diidentifikasi. Oleh karena itu, mengetahui gejala TBC dapat bermanfaat untuk mengantisipasi penyakit menular ini lebih awal. Dilansir dari Alodokter, berikut gejala-gejala yang muncul pada penderita TBC :
- Batuk jangka panjang atau lebih dari 3 minggu
- Batuk berdahak atau berdarah
- Nyeri dada ketika bernapas dan batuk
- Nafsu makan berkurang
- Penurunan berat badan
- Berkeringat pada malam hari
- Demam
- Kelelahan
Gejala yang umum ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Bahayanya, pola pikir masyarakat yang dengan mudah menganggap batuk sebagai penyakit biasa menjadikan TBC ini terabaikan. Tidak hanya masyarakat, seringkali tenaga medis mengabaikan gejala ini karena dianggap gejala penyakit lain. Pengabaian ini tentu meningkatkan angka penularan karena tidak adanya antisipasi dari masyarakat sekitar dan tenaga medis. Padahal, TBC dapat menular dengan mudah melalui udara. Hal ini dibuktikan dengan data Kemenkes tahun 2022 yang menyebutkan lebih dari 700 ribu kasus TBC terdeteksi di Indonesia.
Kurangnya edukasi dan sosialisasi mengenai Tuberkulosis menjadi salah satu faktor tingginya angka pasien TBC pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melakukan berbagai strategi mengatasi TBC yang tercantum dalam Perpres No. 67 Tahun 2021 tentang penanggulangan Tuberculosis untuk mencegah lonjakan angka penularan pada tahun 2023.
Tidak hanya mengandalkan pemerintah, upaya pencegahan ini hendaknya juga dilakukan oleh masyarakat setempat. Berikut tindakan yang dapat dilakukan masyarakat untuk menekan angka penularan:
- Menutup mulut atau memalingkan arah ketika akan bersin atau batuk
- Tidak meludah atau membuang dahak sembarangan
- Tidak berkerumun dalam waktu yang lama
- Mencuci tangan sebelum makan
- Mencuci tangan sebelum memegang area wajah
- Menjaga kebersihan rumah
- Memiliki rumah dengan ventilasi cukup agar tidak lembap dan gelap
- Menjaga sistem imun tubuh
- Pada bayi dan anak-anak, sebaiknya melakukan vaksin BCG
Dengan mengetahui informasi mengenai TBC dan upaya pencegahannya, diharapkan masyarakat lebih berhati-hati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara langsung, masyarakat juga ikut berkontribusi dalam menekan lonjakan angka penularan TBC.Â
Biodata penulis :
Eisya Carnetha Novali, 18 tahun, mahasiswi Universitas Airlangga, Program Studi Farmasi