Mohon tunggu...
Einila Dilla Ainila
Einila Dilla Ainila Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab

Ada yang harus berjuang, namanya aku | Ambigunya rasa tanpa kata | Selamat bertumbuh | Hukum tarik-menarik | Dinamika awan | 私は幸せだったよ.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku Rasa Kita Berbagi Tanpa Kata

5 Oktober 2017   08:55 Diperbarui: 5 Oktober 2017   09:20 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini sudah terlalu lama untuk aku memahamimu, inisiatif ku, aku akhiri sekarang. Aku sudah mulai lelah untuk menelaah mu, menunggumu untuk mengenaliku. Apa tidak cukup waktu hampir tiga semester ini. Setidaknya kamu itu ngomong

, aku sudah cukup memahami mu aku juga sudah sabar dengan adanya kesadaran ku. 

Dan apa itu yang ku dapat hanya kicauan status sosmed mu, aku ini harus gimana lagi coba. Akanmu dan akanku sama jelas berbeda.

Setiap hari aku mencoba berbicara denganmu, saat kamu tertawa sendiri. Aku bertanya. Saat kamu ini itu aku juga demikian. Tapi apa yang bisa ku maklumi lagi, aku selalu bertanya. Apa tak bisa keluar sendiri dengan mulut mu itu?? Aku sudah ada di ujung jurang ini, aku sudah menimbangnya matang-matang untuk tak memperdulikan mu lagi,tapi apa ? Aku masih tak bisa.

Kamu kira aku disini hanya hidup tenang denganmu? Enggak, kamu hanya akan salah besar jika menganggap nya begitu. Kamu sadar atau tidak, kamu itu terlampaui melewati batas, batas dari perjanjian yang kita buat. Cela itu semakin merebak menganga, mana mungkin aku hanya menutup mata seolah itu hal lumrah. Sadarlah!!

Aku tak mungkin menyalahkan mu terlalu jauh, aku ini menunggu untuk tahu bagaimana caramu DEWASA. Tapi apa? Hanya seorang anak yang akan tumbuh entah itu kapan. Kamu itu hanya berlindung dari zona amanmu.

Apapun itu, aku tetap berbagi denganmu, meski aku tahu, cakapanmu itu tak sepenuhnya aku percaya. Why? karena kamu telah mematahkan nya. Simple, kamu jaga omongan ini ya, esoknya secara tak sengaja temanmu malah mengungkit hal itu. Dimana coba kamu menghargai omonganku kemarin? Tak mungkin aku akan menanyakan, bagaimana kepercayaan mu itu prosesnya? Awalnya saja hanya gurauan pendapat mu.

Aku tahu, aku tak sepenuhnya betul, cobalah kamu memulai percakapan denganku. Coba kamu beri aku ruang untuk kebersamaan kita ini. Bukan hanya diam, terlebih tak peduli. Jika aku mau aku bisa lebih egois dari ini. Hanya menyebut, kita tinggal dan berbagi tanpa kata.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun