Mohon tunggu...
Efren Wijaya
Efren Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - https://www.kompasiana.com

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ide "Gila" Petrus Son dalam Membangun Desa

7 November 2021   08:09 Diperbarui: 7 November 2021   13:04 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                         Almh. Petrus Son

Ruteng || Kompasiana.com

"Saya tidak mau menjadi kepala desa SPJ dan Kwitansi, yang hanya tau menandatangani uang keluar pada saat belanja, tetapi saya ingin menandatangani uang masuk karena hasil kerja keras sebagai Pendapatan Asli Desa yang sah. Saya mau berdiri tegak bersama anak milenial sebagai gudangnya kreatifitas dan inovasi, berdiri bersama kaum tua dan tokoh  masyarakat sebagai gudangnya pengalaman, berdiri bersama pihak swasta sebagai gudangnya urusan bisnis juga berdiri bersama kaum perempuan sebagai gudangnya emansipasi".

Salam sejahtera latang ende, ema, ase/kae, weta agu kesa daku ce desa Ruis. Semoga Tuhan Yesus melimpahkan rahmatnya untuk niat dan usaha baik kita. Berikut adalah ide membangun desa yang menjadi missi kepemipinan saya apabila Tuhan dan masyarakat desa Ruis menghendakinya.

1. Latar Pikir

Sejarah merupakan bagian dari peradaban manusia yang menjadikannya salah satu dasar dan acuan perkembangan di masa yang akan datang, sejarah sebagai bukti eksistensi umat manusia di masa lampau dan menjadi bahan pembelajaran dimasa sekarang dan yang akan datang. Nilai sejarah juga sebagai perekat  suatu bangsa, komunitas ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya, karena sejarah mampu membuka kembali memori persatuan dan kesatuan manusia dalam perjuangannya untuk mendapatkan cita-cita luhur di masa lampau.

Negara-negara di dunia semua berangkat dari masa lalu yang suram, para nation building/pendiri bangsa  secara organisatoris mengerakan perjuangan untuk mengapai suatu negara yang sejahtera dan harmonis. Hal ini tentu mengugah nurai generasi masa kini jika disejarahkan kembali kejadian-kejadian yang mengerikan di kala itu, pengaruh sejarah ini membuat kita sadar akan pentingnya merawat persaudaraan sebagai akar berdirinya suatu negara.

Diusianya sekarang ini, Indonesia merupakan salah satu bangsa yang memiliki sejarah perjuangan pergerakan yang panjang dan tidak mungkin dilupakan oleh apapun. Bangsa yang dihiasi oleh tujuh belas ribu lebih pulau ini dijajah silih berganti oleh bangsa asing dan bahkan pergerakan komunisme sempat mengigit sesama saudara kita sebangsa dan setanah air.

Hari ini, sejarah salah satu unsur yang datang dari masa lampau untuk meneguhkan hati umat manusia di muka bumi, tidak terkecuali Indonesia. Dengan menuntut hidup Cinta tanah air, cinta sesama, cinta akan jasa para pendahulu kita dan setia dalam menjalankan tugas apapun bentuknya untuk memajukan kesejahteraan bersama.

Desa Ruis juga merupakan bagian dari saksi sejarah panjang peradaban dunia, nilai sejarah ini telah mengakar kuat sebagai cermin tatanan kehidupan sosial masyarakat Desa Ruis. Jauh  sebelum era demokrasi terpimpin yang dicetus oleh presiden pertama kita sampai pada demokrasi pancasila di masa reformasi saat ini, Ruis menempatkan posisinya sebagai salah satu penyelenggara pemerintahan desa adat di tanah Nusantara  yang populer disebut dalu Ruis, hal ini tentu menjadi refleksi besar bagi kita bahwa wilayah yang kita duduki sudah lama memiliki “gigih” dalam posisi pemerintahan desa adat.

Berbagai tuntutan untuk mewujudkan kemajuan adalah hal yang mutlak yang harus dicapai oleh penyelenggara pemerintahan desa. Jika hari kemarin tetua kita mengukir keberadaanya melalui perjalanan yang pahit, maka mulai hari ini, kita mengukir sejarah baru untuk desa kita menuju kesejahteraan bersama, kelak anak cucu kita akan menyejarahkan keberhasilan kita pada hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun