Kehadiran Video Assisten Referees (VAR) di pertandingan bola sepak bertujuan untuk membantu wasit menjalankan peranannya sebagai pengadil di lapangan. Namun, penggunaan VAR ternyata membuat orang merasa kesal.
Bekas pemain Manchester United dan timnas Inggris, Rio Ferdinand baru-baru ini menulis di Twitter bahwa "VAR harus dimasukkan ke dalam keranjang sampah. Harus dikeluarkan. Ini menjadikan permainan lambat dan mengacaukan emosional kita dari pertandingan."
Tidak jelas latar dan pertandingan mana yang menyebabkan Rio Ferdinand merasa kecewa terhadap VAR. Namun, jika melihat perkembangan dalam tiga tahun terakhir, kekecewaan Rio Ferdinand pada VAR dapat dimaklumi.
VAR kali pertama digunakan dalam Piala Dunia 2018, kemudian diterapkan ke sejumlah liga utama Eropa. Situs Liga Primer Inggris menerangkan, VAR hanya digunakan untuk jenis pelanggaran dan insiden serius yang terlewatkan oleh wasit. Ada empat situasi yang diperiksa melalui VAR, yaitu gol, penalti, kartu merah langsung atau kesalahn identifikasi.
Apakah VAR digunakan atau diabaikan, hal ini wewenang dari wasit. Secara garis besar, VAR dihadirkan untuk mengoreksi apakah keputusan wasit benar atau salah, bukan untuk menilai pelanggaran itu sendiri.Â
Sesuai namanya, VAR cuma bertindak sebagai asisten, keputusan terakhir ada pada pertimbangan dan kebijaksanaan wasit sendiri.
Kehadiran VAR menunjukkan kemajuan lebih baik dalam mengoreksi putusan wasit agar tepat dan akurat. Di Liga Primer Inggris, sebelum VAR diperkenalkan pada musim 2018/19, persentase keputusan wasit yang benar adalah 82 persen, kemudian setelah VAR digunakan pada musim 2019/20, angka itu meningkat menjadi 94 persen.
Bila menyimak manfaat baiknya dalam membantu wasit memberikan putusan yang adil di lapangan, mengapa barang bagus ini dikecam (sebagian) masyarakat sepak bola?
Pertama, penggunaan teknologi VAR membuat orang yang menikmati pertandingan tampak menjadi konyol. Sepak bola adalah olah raga sekaligus permainan yang mampu membangkitkan emosional. Ketika gol tercipta, pemain melakukan selebrasi dengan gaya andalan masing-masing.
Sejak adanya VAR, entah berapa kali pemain, pelatih bahkan penonton yang kegirangan setelah gol tercipta, pada akhirnya harus mati kutu karena wasit menganulir gol setelah meninjau melalui VAR.