Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tu Quoque Fallacy, Ungkit Masa Lalu Orang, Kebenaran pun Hilang

23 Februari 2021   16:08 Diperbarui: 23 Februari 2021   16:35 1245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi debat. (Foto oleh Keira Burton dari Pexels)

Tu quoque berasal dari bahasa Latin yang berarti kurang lebih, "kamu juga". 

Mengutip laman web logicalfallacie.org, tu quoque adalah kekeliruan yang menjawab kritik dengan kritik atau membalikkan argumen ke orang lain.

Argumen ini menerapkan logika bahwa karena seseorang telah melakukan sesuatu, maka itu membenarkan orang lain melakukan hal yang sama. Dua kesalahan membuat kebenaran.

Contohnya, "Orang Yunani kuno memiliki sejumlah pemikir terbesar. Mereka dahulunya punya budak, jadi kita harus punya budak juga."

Arti lain dari kekeliruan tu quoque adalah kekeliruan logika informal yang bermaksud mendiskreditkan kebenaran argumen lawan dengan menunjukkan kekurangan konsistensi penyampai pesan yang berkaitan dengan klaimnya sendiri.

Formatnya:
- Orang A membuat pernyataan/klaim
- Orang B mengatakan bahwa tindakan orang A atau pernyataan di masa lalunya inkonsisten dengan kebenaran yang dia nyatakan/klaim
- Maka, pernyataan/klaimnya salah

Cara berargumen semacam ini merupakan taktik terbaik untuk bertahan. 

Namun, tu quoque justru dapat mengalihkan perhatian dari topik yang dibahaskan.

Alih-alih membantah argumen, tetapi yang dilakukan tetap menyerang ketidakkosistenan seseorang antara apa yang diucapkan dan perbuatannya.

Si Ayah tadi, meski dia sewaktu kecil hingga sekarang melakukan kebiasaan merokok, bukan berarti pesan "jangan merokok" yang disampaikannya salah atau tidak valid.

Ia barangkali kecanduan yang membuat pengeluaran banyak dihabiskan untuk membeli rokok. Nasihat itu disampaikannya supaya si anak tidak mengikuti jejak buruknya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun