Hoax memang gejala buruk dalam kemajuan dan kecepatan distribusi informasi.
Karena konotasi bahasanya lebih mendekat pada 'dosa', maka baik pengirim atau penerima informasi menolak dikatakan terlibat ke dalam pusaran hoax.
Hoax hanyalah sebongkahan nilai. Seperti yang pernah dituturkan Rocky Gerung saat berbicara di ILC TV One beberapa waktu silam, Hoax ini bernilai nol (zero).
Dengan kata lain hoax adalah pepesan kosong tanpa makna.
Di sisi lain, yang umum diketahui banyak khalayak, hoax adalah pesan bohong, tidak benar, khayalan, berita palsu (fake news).
Selain itu, sejumlah orang merujuk pada sejarah namanya. Sebuah informasi atau berita disebut hoax apabila pencipta informasi tersebut bertujuan untuk menghancurkan reputasi orang yang dituju.
Akan tetapi, apabila mencermati dinamika beberapa waktu belakangan, saya berpikir, cococklah hoax ini diartikan sebagai 'sensasi akan kebenaran'.
Sebagaimana dalam beberapa kajian linguistik, makna dapat dibentuk melalui sense dan reference.
Metode ini diperkenalkan filosofer sekaligus ahli matematika Jerma Gottlob Frage pada 1892 dalam artikelnya Uber Sinn und Bedeutung.
Sebagai contoh, a=a dan a=b, lalu diasumsikan bahwa 'a' dan 'b' adalah sama. (sumber)
Padahal keduanya mempunyai nama yang berbeda, namun dengan entitas yang sama.