Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bukan Drakor, tapi Dravitha Membuat Indonesia Menangis

12 Juli 2022   08:56 Diperbarui: 12 Juli 2022   09:05 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangisan pemain Timnas U-19 setelah gagal ke semifinal. Doc :IG PSSI

Bukan Drama Korea (Drakor) tapi Drama Vietnam Thailand (Dravitha)  yang membuat pemain dan suporter Timnas Indonesia U-19 menangis, karena gagal masuk ke babak semifinal Piala AFF U-19 2022.

Padahal di pertandingan penentuan, Timnas Indonesia berhasil melumat Myanmar 5-1. Namun apa boleh buat kemenangan berasa kalah tersebut, membuat mimpi merebut Piala AFF tahun ini tak bisa diwujudkan oleh pelatih Timnas Indonesia Shin Tae Yong (STY) dan anak didiknya.

Hingga hari ini, kegagalan menyakitkan tersebut masih terus menghiasi halaman media massa dan media sosial di tanah air. Bahkan di medsos akun instagram AFF diserbu Netizen Indonesia yang tidak menerima Dravitha membuat Indonesia terjegal. Ini bukti bahwa hasil Dravitha membuat rasa sakit yang mendalam bagi suporter bola di tanah air.

Ada dua hal dari hasil Dravitha yang dihelat di Stadion Madya Senayan mendapat sorotan suporter tanah air. Pertama, hasil imbang 1-1 dari pertandingan yang membuat kedua negara tersebut lolos ke semifinal, karena diuntungkan oleh regulasi Head to Head (H2H).

Regulasi ini mendapat sorotan, karena jelas merugikan Indonesia yang unggul selisih gol dari dua negara tersebut. Namun apa boleh buat karena dalam H2H yang dihasilkan lewat Dravitha, kedua negara saling memasukan gol di gawang masing masing, maka Indonesia harus tersingkir.

Kedua, jalannya pertandingan yang ditenggarai sengaja menyingkirkan Indonesia agar tidak lolos ke semifinal. Dimana permainan dilakukan sebagaimana yang sudah diprediksi akan berakhir seri.

Stigma negatifpun ditujukan terhadap dua negara tersebut. Seperti sepakbola gajah, sepakbola tidak sportif, hingga sepakbola mafia.  Yang terakhir ini bahkan diteriakkan langsung oleh sejumlah suporter Indonesia yang menonton pertandingan Vietnam kontra Thailand di Stadion Madya.

Bagaimana pendukung Timnas tidak geram dan jengkel hingga meneriakkan kata mafia, melihat dua negara bermain malas malasan di 15 menit terakhir. Bahkan pemain Thailand sengaja terjatuh di lapangan, padahal tidak mengejar bola. Benar benar seperti drama bukan pertandingan yang sejatinya diwarnai spirit bertanding.  

Andaikan regulasi selisih gol yang berlaku bukan H2H, maka kedua negara akan tampil ngotot dan saling mengejar kemenangan. Karena tertinggal selisih gol dengan Indonesia. Tidak akan ada permainan santai dan mencari aman yang mereduksi nilai nilai sportifitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun